Dalam upaya membuat perangkat elektronik lebih ramah lingkungan, para peniliti telah menciptakan kulit elektronik yang bisa didaur ulang. Kulit elektronik dengan sebutan E-skin ini juga bisa menyembuhkan dirinya sendiri jika sobek atau rusak.
Perangkat yang dijelaskan di jurnal Science Advances, pada dasarnya berupa selaput tipis yang dilengkapi dengan sensor untuk mengukur tekanan, suhu, kelembaban, dan aliran udara. Selaput ini dibuat dari tiga senyawa yang tersedia secara komersial. Dimana ketiga senyawa ini dicampur bersama dalam sebuah matriks dan dicampur dengan nanopartikel perak.
Apabila kulit elektronik ini dipotong, kemudian rusak atau sobek, maka ketiga senyawa tersebut memungkinkan kulit elektronik untuk menyembuhkan dirinya sendiri. Dengan cara itu, matriks dapat dipulihkan dan kulit elektronik kembali seperti baru lagi.
Apabila kerusakan pada kulit elektronik tidak dapat diperbaiki, maka e-skin bisa direndam dalam larutan yang dapat “mencairkannya”, sehingga bahannya dapat digunakan kembali untuk membuat kulit baru. Nantinya kulit elektronik ini bisa digunakan dalam prostetik, robot, atau tekstil pintar.
Banyak pusat penelitian di seluruh dunia yang sedang mengembangkan e-skins atau kulit elektronik. Salah satunya yang diciptakan di Eropa memungkinkan penggunanya melakukan manipulasi pada objek virtual tanpa menyentuhnya, dengan hanya menggunakan magnet.
Selain itu, kulit elektronik juga dikembangkan di Jepang. Dimana kulit elektronik bisa mengubah kemeja pintar menjadi pengendali untuk video game. Kulit elektronik baru ini memang special, karena dapat didaur ulang, dan itu merupakan bonus tambahan yang penting jika anda mengetahui di Amerika saja, 70 trilyun kilogram limbah elektronik telah dihasilkan pada tahun 2014. Sampah elektronik ini terdiri dari papan sirkuit, transistor, dan hard drive yang didalamnya mengandung racun bahan kimia yang harus dibuang dengan benar.
“Perangkat ini di desain khusus untuk tidak akan menghasilkan limbah,” ujar Jianliang Xiao, asisten profesor teknik mesin dari Universitas Colorado Boulder.
“Kami ingin membuat perangkat elektronik yang terhadap ramah lingkungan,” imbuhnya.
Jadi ketika kulit elektronik rusak parah, maka dapat didaur ulang dengan menggunakan “solusi daur ulang.” Larutan ini melarutkan matriks menjadi molekul kecil, sehingga memungkinkan nanopartikel perak tenggelam ke dasar.
Kemudian bahan dapat digunakan kembali untuk membuat selaput kulit elektronik yang dapat berfungsi kembali. Seluruh proses daur ulang memakan waktu sekitar 30 menit pada suhu 60 derajat Celsius atau 10 jam pada suhu kamar.
Namun, kulit elektronik tersebut masih belum sempurna. Bahannya memang lembut, tetapi tidak melar seperti kulit manusia. Jianliang Xiao mengatakan dia dan rekan-rekannya juga berusaha membuat perangkat ini lebih terukur, sehingga akan lebih mudah diproduksi dan ditanamkan di prosthetics atau robot.(hh)