Pengenalan wajah atau yang biasa dikenal sebagai face recognition adalah suatu teknik yang kontroversial. Meskipun banyak dari kita telah mendengar cerita tentang AI yang salah mengira manusia sebagai hewan, itu baru permulaan. Kami baru mulai memahami bagaimana penegakan hukum menggunakan kecerdasan buatan untuk menemukan penjahat.
Menurut analyticsinsight.net, ada seorang warga negara Amerika yang diduga mengambil sepasang kaus kaki dari toko TJ Maxx meskipun faktanya dia berdiri di samping istrinya saat dia akan melahirkan pada saat kejadian. Kasus kesalahan identitas ini menjebloskan orang yang tidak bersalah ke dalam penjara.
Kritikus khawatir bahwa identifikasi yang salah dapat dihasilkan dari pengenalan wajah (face recognition). Apa yang akan terjadi jika departemen kepolisian secara keliru mengaitkan seseorang yang memecahkan jendela toko selama gangguan dengan seseorang yang bahkan tidak hadir? Apa kemungkinan hal ini bisa terjadi?
Jawabannya, tergantung. Program identifikasi wajah terbaik, menurut pengujian oleh Institut Nasional Standar dan Teknologi, memiliki tingkat kesalahan di bawah 0,08 persen pada April 2020. Dibandingkan dengan 2014, ketika algoritma terbaik memiliki tingkat kesalahan 4,1%, ini mewakili peningkatan yang signifikan.
Menurut sebuah laporan oleh Center for Strategic & International Studies (CSI) pada tahun 2020, akurasi lebih tinggi ketika teknik identifikasi digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan gambar yang jelas dan stabil, seperti foto paspor atau mugshot. Menurut laporan tersebut, ketika digunakan dengan cara ini, algoritme pengenalan wajah (face recognition) dapat mencapai peringkat akurasi hingga 99,97 persen pada Uji Vendor Pengenalan Wajah yang dilakukan oleh Institut Nasional Standar dan Teknologi.
Namun, tingkat akurasi biasanya lebih rendah di dunia nyata. Menurut laporan CSI, Uji Vendor Pengenalan Wajah (face recognition) menemukan bahwa ketika wajah dibandingkan dengan foto-foto berkualitas tinggi, tingkat kesalahan untuk satu algoritme adalah 0,1 persen, tetapi ketika wajah-wajah itu dicocokkan dengan foto-foto orang yang diambil di depan umum, angka itu naik menjadi 9,3 persen. Terutama ketika orang tidak melihat langsung ke kamera atau sebagian tertutup oleh bayangan atau objek lain, tingkat kesalahan meningkat.(ra/hh)