Twitter Inc, perusahaan jejaring sosial yang populer, mengatakan pada hari Rabu bahwa tidak ada bukti bahwa data yang baru-baru ini dijual secara online diperoleh dengan mengeksploitasi kerentanan dalam sistem perusahaan. Pada awal tahun lalu, Twitter menemukan sebuah bug yang memungkinkan seseorang untuk mengakses data dari 5,4 juta akun pengguna. Setelah ditemukannya bug tersebut, Twitter segera melakukan perbaikan dan mengungkapkan insiden tersebut pada musim panas.
Namun, baru-baru ini ada laporan yang menyatakan bahwa data pengguna Twitter telah dijual secara online, yang membuat banyak orang cemas bahwa insiden baru telah terjadi. Namun, Twitter menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa insiden baru terjadi dan data yang dijual secara online diperoleh melalui kerentanan dalam sistem perusahaan.
Selain itu, Twitter juga mengungkapkan bahwa ada 600 juta keping data pengguna lain yang ditemukan, tetapi menyatakan bahwa data tersebut “tidak dapat dikaitkan dengan insiden yang dilaporkan sebelumnya, atau dengan insiden baru.” Ini menunjukkan bahwa data yang ditemukan tidak berasal dari insiden yang sama dengan yang terjadi pada awal tahun lalu.
Seperti dilansir dari Reuters, pada bulan Desember, ada laporan media yang menyatakan bahwa seseorang dapat memperoleh akses ke lebih dari 400 juta email dan nomor telepon pengguna Twitter, dan data tersebut diakui diekspos melalui kerentanan yang sama yang ditemukan pada Januari 2022. Namun, Twitter menegaskan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa data tersebut diperoleh melalui kerentanan yang sama yang ditemukan pada awal tahun lalu.
Secara keseluruhan, Twitter menyatakan bahwa perusahaan mereka tetap berdedikasi untuk melindungi privasi dan keamanan data pengguna, dan akan terus melakukan pengawasan dan perbaikan untuk mencegah insiden data seperti yang terjadi pada masa lalu. Namun, sangat penting bagi pengguna untuk tetap waspada dan berhati-hati dalam memberikan data pribadi mereka kepada pihak ketiga.(hh)