Ketidaksetaraan Akses Internet: Tantangan Besar di Masa Kini

Menurut International Telecommunications Union (ITU), lembaga khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK), jumlah individu di seluruh dunia yang belum memiliki akses internet telah menurun dari 2,7 miliar pada tahun 2022 menjadi 2,6 miliar pada tahun 2023.

ITU, yang memiliki 193 Negara Anggota dan anggota dari lebih dari 900 perusahaan, universitas, serta organisasi internasional dan regional, bertugas memajukan teknologi informasi dan komunikasi. Namun, data ini masih bersifat sementara, dan sekitar 33% dari total populasi dunia, yang mencapai 8 miliar orang, masih belum terhubung dengan internet. Ini terjadi meskipun peningkatan akses internet terutama teramati di negara-negara berpendapatan rendah.

Data menunjukkan bahwa di wilayah-wilayah tersebut, jumlah pengguna internet meningkat sebanyak 17% dalam setahun terakhir. Namun, perlu dicatat bahwa di negara-negara ini, akses internet masih hanya tersedia bagi kurang dari sepertiga populasi.

Perkiraan global terbaru menegaskan bahwa pertumbuhan dua digit dalam konektivitas internet yang diamati pada puncak pandemi COVID-19 tahun 2020 hanya bersifat sementara. Tren saat ini tidak cukup kuat untuk menjamin pencapaian tujuan konektivitas universal dan bermakna pada tahun 2030, demikian dinyatakan oleh ITU.

Menurut Cosmas Luckyson Zavazava, direktur Kantor Pengembangan Telekomunikasi ITU, angka-angka ini menegaskan pentingnya pengukuran yang akurat dan pemantauan terus-menerus terkait data akses internet dan konektivitas. Hal ini menyoroti perlunya upaya bersama untuk mengatasi kesenjangan akses internet di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang, guna memastikan bahwa semua orang dapat merasakan manfaat dari konektivitas internet pada masa depan.(hh)