Dengan peluncuran fitur pencarian baru, SearchGPT, OpenAI kini memasuki pasar mesin pencari, menantang dominasi Google yang selama ini menjadi andalan pencarian internet. SearchGPT menawarkan pengalaman yang berbeda dari Google dengan menampilkan hasil pencarian yang bersih, bebas iklan, dan lebih personal, mirip seperti pengalaman menggunakan Google di masa-masa awal.
Lance Ulanoff dari Tech Radar menyebut SearchGPT seperti “teman yang membantu,” berbeda dari Google saat ini yang dibanjiri iklan dan hasil pencarian yang dioptimalkan untuk pendapatan. ChatGPT memberikan jawaban percakapan yang sederhana dan tepat, yang dinilai lebih sesuai untuk pengguna yang mencari pengalaman pencarian ad-free dan respons yang lebih personal. Meski demikian, SearchGPT belum bisa menandingi kekayaan data Google yang dikembangkan selama bertahun-tahun.
Di sisi lain, Google tetap menjadi pilihan utama bagi mereka yang membutuhkan hasil pencarian yang komprehensif dengan berbagai sumber dan visual. Menurut Amanda Caswell dari Tom’s Guide, SearchGPT lebih cocok untuk pertanyaan yang mengutamakan kejelasan, sedangkan Google unggul dalam navigasi cepat dan kueri singkat.
Namun, tidak semua orang yakin SearchGPT akan menggeser Google dalam waktu dekat. Maxwell Zeff dari Tech Crunch menyatakan bahwa meski inovatif, SearchGPT masih belum praktis untuk menjadi mesin pencari utama, terutama untuk kueri navigasi cepat yang sudah menjadi keunggulan Google. Begitu pula Calvin Wankhede dari Android Authority yang menyebut pengalaman dengan SearchGPT masih terbatas dan kurang relevan untuk pencarian kritis.
Jadi, meski SearchGPT membawa angin segar dan mungkin akan menjadi pilihan populer di masa depan, tampaknya Google masih akan bertahan sebagai raja pencarian. Seperti dikatakan Conor Grennan dari AI Mindset, Google memiliki keunggulan dalam distribusi dan kebiasaan pengguna yang sulit disaingi.