Surabaya semakin identik dengan Bu Risma. Walikota yang memiliki nama lengkap Tri Rismaharini, belakangan semakin sering menghiasi tajuk berita atas berbagai penghargaan dan pencapaian yang diraihnya. Ia menjabat sejak tahun 2010 dan pada Desember 2015 lalu kembali terpilih untuk periode 2016-2021. Bu Risma pun kini semakin dikenal khalayak sebagai walikota yang sukses mengubah wajah Surabaya dari kota semrawut menjadi kota yang lebih teratur. Perubahan yang ia lakukan meliputi pembenahan pelayanan publik, fasilitas umum, tata ruang, sampai dengan kinerja aparatur dan birokrasi Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Dan yang membuat langkahnya semakin istimewa, segenap perubahan tersebut ia lakukan dengan bantuan teknologi informasi, hingga kemudian Surabaya pun turut mendapatkan predikat sebagai smart city. Kemarin (5/1), Bu Risma yang sedang berada di Jakarta, meluangkan waktunya untuk bercerita tentang Smart City Surabaya kepada jajaran pengurus MASTEL.
Magister dalam bidang Manajemen Pembangunan Kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember ini menyampaikan ia tidak ingin administrasi malah memperlambat pelayanan masyarakat. Dengan sistem elektronik, semua urusan harus menjadi serba transparan namun tetap sesuai aturan. Pendekatan penerapan sistem pelayanan publik yang ia bangun, turut disesuaikan dengan kemajemukan lokal yang ada di masyarakat Surabaya. Hal ini diwujudkan dengan adanya 3 mode bahasa di aplikasi e-kiosk (Kios Pelayanan Publik) yang terdiri dari bahasa Indonesia, bahasa jawa dan bahasa madura. Sehingga warga semakin mudah dalam memahami cara kerja aplikasi yang terdapat di e-kiosk, diantaranya e-health (aplikasi layanan kesehatan) dan e-Lampid (aplikasi pengurusan data kelahiran, kematian, kepindahan & kedatangan), tentunya dengan mode bahasa yang mereka pahami.
E-Procurement Surabaya
Berbicara tentang e-procurement, Bu Risma menyampaikan ia sudah menggunakan e-procurement sejak tahun 2002, yang mana pada waktu itu ia belum menjadi Walikota Surabaya. “Itu dulu saya dibantu sama yang sekarang jadi Ketua KPK (Baca: Agus Rahardjo)”, kata Bu Risma. Barulah pada tahun 2003, Presiden mengeluarkan Keppres No. 80 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang mengatur sistem lelang elektronik. Setelah menjabat sebagai Walikota, Bu Risma pun mengoptimalkan e-procurement di seluruh satuan kerja Pemkot Surabaya, aplikasi yang dulu turut ia bidani kelahirannya. Inovasi Bu Risma terus berlanjut. Ia lalu membuat Surabaya Single Window (SSW) yang merupakan aplikasi untuk memangkas birokrasi berbagai perizinan. SSW dapat digunakan untuk mengurus perizinan mulai dari izin membuat perusahaan, izin reklame, sampai izin mendirikan bangunan (IMB). Sebelum ada aplikasi SSW, Surabaya tidak pernah sekalipun perizinan IMB mencapai target penerimaan daerah. Namun setelah aplikasi ini berjalan, target menjadi bisa tercapai. Selain memangkas birokrasi, survey dalam prosedur perizinan IMB juga sudah bisa dilakukan secara realtime dan online.
Berbeda dengan Jakarta yang Gubernurnya meminta warga untuk melaporkan kerusakan fasilitas umum melalui aplikasi online. Bu Risma menegaskan justru pemerintah yang harus tahu duluan dari warganya, “karena itulah core kami dalam pelayanan publik”, ia melanjutkan. Bu Risma mengatakan proses koordinasi di lingkungan Pemkot Surabaya sudah berjalan efektif melalui aplikasi group messenger. Apabila masalah tidak direspon dalam 1×24 jam, permasalahan akan tereskalasi ke dirinya. Ucapan terima kasih dari pihak yang mengalami masalah kepada unit kerja terkait selaku penanggung jawab, menjadi indikator permasalahan tersebut sudah diselesaikan. Dengan merit system seperti ini, ternyata koordinasi pekerjaan lintas satuan kerja menjadi sangat efektif. “Bahkan ada yang sampai mendatangi kantor unit yang telah dibantu untuk ngingetin nulis ucapan terima kasih di group”, tambah Bu Risma.
Menyambung pembicaraan terkait pelayanan kesehatan di Kota Surabaya, sistem e-health yang dikembangkan sudah mencakup sistem medical record yang memungkinkan seluruh dokter di Puskesmas dan Rumah Sakit untuk mengakses data rekam medis pasien. “Dan data ini hanya bisa dibuka oleh dokter”, terang Bu Risma. Dalam prakteknya, dokter pun memasukkan catatan pemeriksaan pasien menggunakan perangkat tablet yang langsung terhubung ke aplikasi e-health.
Pendidikan di Surabaya turut mendapat sentuhan teknologi informasi. Bu Risma mengembangkan Broadband Learning Center dengan fasilitas komputer dan internet gratis, yang pada awalnya merupakan bentuk dukungan Telkom kepada Pemkot Surabaya dalam membantu pengenalan internet. Saat ini sudah terdapat di 23 lokasi dan menjadi sentra pelatihan keahlian warga untuk pengembangan bisnis UKM berbasis online, kursus bahasa asing dalam mempersiapkan MEA, dan pelatihan internet untuk ibu-ibu rumah tangga.
Dalam penutup pertemuan, Ketua Umum MASTEL menyampaikan bahwa MASTEL siap mendukung dan membantu Surabaya dalam meningkatkan adopsi aspek smart city bagi pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan yang lebih solid. Bu Risma menyampaikan apresiasinya atas dukungan MASTEL kepada Pemkot Surabaya yang disampaikan oleh Bapak Kristiono dan sekaligus menantikan kedatangan para pengurus MASTEL di Surabaya untuk secara langsung mengamati perkembangan smart city di Surabaya. [AR]