Intel memiliki rencana besar untuk memasuki bisnis baru di industri mobil swa kemudi, virtual reality dan teknologi mutakhir lainnya. Tapi pertama-tama ia harus bangkit terlebih dahulu dari tekanan yang disebabkan oleh kelemahan keamanan yang cukup serius pada chip prosesornya. Dimana chip tersebut telah manjadi otak dari sejumlah ponsel pintar dan komputer di seluruh dunia.
Intel Chief Executive, Brian Krzanich, membahas hal tersebut di acara tahunan CES, Las Vegas. Pada keynote-nya ia mengutarakan pendapatnya terhadap komentar para peneliti yang menyatakan kelemahan pada chip prosesor itu sulit diperbaiki minggu lalu.
Sejumlah peneliti telah menyampaikan argumentasinya bahwa kelemahan pada chip adalah akibat perangkat keras yang cacat, sehingga hanya dapat diperbaiki dengan menarik semua chip dan menggantinya. Namun, Intel menentang ide tersebut, mereka yakin masalah tersebut dapat diatasi melalui pembaharuan software atau firmware. Termasuk Microsoft dan Apple telah mengumumkan adanya upaya serupa, yaitu dengan menambal kelemahan tersebut.
Brian Krzanich berjanji perbaikan akan hadir minggu mendatang untuk 90 persen prosesor Intel yang dibuat lima tahun terakhir. Sementara untuk sisanya, pembaharuan akan hadir pada akhir Januari 2018. Tetapi ia tidak menjelaskan rencana Intel untuk chip – chip yang lama.
Hingga saat ini, pihak Intel belum melihat adanya pencurian data yang memanfaatkan dua kelemahan yang ada, yaitu Meltdown dan Spectre. Masalah tersebut diungkapkan minggu lalu oleh tim keamanan Google Project Zero dan peneliti lainnya. Brian Krzanich memuji kolaborasi luar biasa di antara perusahaan teknologi untuk mengatasi masalah tersebut, yang ia sebut dengan masalah industri yang luas.
Meltdown diyakini mempengaruhi prosesor yang dibangun oleh Intel, tapi Spectre juga mempengaruhi banyak pesaing Intel. Kelemahan pada chip prosesor akan membahayakan komputer, browser internet, layanan komputasi awan dan teknologi lainnya yang menggunakannya. Kedua bug tersebut dapat dieksploitasi melalui apa yang dikenal sebagai serangan sisi-channel. Dimana password dan data sensitif lainnya yang ada di memori chip dapat diambil atau dicuri.
Brian Krzanich sendiri telah menjadi sorotan atas masalah keamanan tersebut. Apalagi setelah diketahui dia telah menjual sekitar 39 juta dolar saham Intel pada akhir November, sebelum kerentanan tersebut diketahui publik. Intel mengatakan bahwa mereka diberitahu tentang adanya bug tersebut pada bulan Juni, beberapa bulan sebelum Brian Krzanich menjual sahamnya.
Perusahaan yang berlokasi di Santa Clara, California tersebut tidak memberikan tanggapan terhadap waktu yang diambil oleh Brian Krzanich untuk melakukan divestasi. Menurut juru bicara Intel, kejadian tersebut tidak ada hubungannya dengan adanya kelemahan keamanan.(hh)