Google akan segera mengetahui apakah sistem operasi Android miliknya akan dikenai denda atau tidak. Komisi persaingan usaha Eropa mengklaim bahwa strategi perangkat seluler raksasa teknologi asal Amerika itu tidak adil dalam memperkuat dominasi sistem pencarian.
Regulator dapat mendenda perusahaan hingga 10% dari pendapatan tahunannya yang berjumlah 11.1 milyar dolar. Selain itu, dapat memaksa Google untuk tidak menyertakan browser Chrome pada perangkat Android dan layanan lainnya.
Komisaris Persaingan Margrethe Vestager sebelumnya telah memerintahkan perusahaan teknologi raksasa itu untuk membayar denda sebesar 2.4 milyar euro atau sekitar 2.8 milyar dolar atas layanan perbandingan belanja yang di dominasi oleh Google dalam proses pengajuan perbandingannya.
Sementara itu, dalam penyelidikan terpisah, para penyelidik juga sedang menyelidiki praktik bisnis pemasangan iklan AdSense.
Seharusnya keputusan terhadap Android dikeluarkan pada awal bulan ini, tetapi Reuters melaporkan telah ditunda untuk menghindari bentrokan dengan kunjungan Presiden Trump ke Eropa.
Komisi persaingan usaha Eropa pertama kali mulai menyelidiki Android pada bulan April 2015, menyusul keluhan oleh Fairsearch, sebuah kelompok perdagangan yang diawalnya ada Microsoft, Nokia, dan Oracle sebagai anggotanya.
Saat itu, Android menguasai 64 persen pangsa pasar ponsel di Eropa, menurut perusahaana riset Statcounter. Sejak itu tumbuh menjadi 74 persen.
Komisi tersebut kemudian membuat tiga tuduhan khusus perilaku anti-persaingan terhadap Google:
Google mengharuskan setiap perangkat ponsel Android dan produsen tablet untuk mengatur mesin pencarian miliknya sebagai default dan memasang browser Chrome sebelum mengizinkan mereka untuk mendapatkan akses ke Play Store.
Google juga mencegah produsen untuk menjual perangkat seluler yang didukung oleh sistem operasi pesaing yang menggunakan “open source code” Android.
Dan yang terakhir, Google memberikan pabrik perangkat dan operator seluler insentif keuangan untuk menyediakan layanan pencarian miliknya sebagai satu-satunya opsi yang telah terpasang pada perangkat.
Sebagai tanggapan, Google membantah bahwa telah mewajibkan pembuat perangkat untuk memasang salah satu aplikasinya sebelum dipasarkan. Google juga mengklaim bahwa dengan mendistribusikan Google Search dan Play Store secara bersamaan, mereka telah memberikan layanannya secara gratis.
Sementara itu, Fairsearch ingin regulator melihat ke depan mengenai masalah tersebut.
“Dampak yang ditimbulkan dari sebuah anti persaingan kemungkinan akan jauh melampaui perangkat ponsel pintar itu sendiri,” kata juru bicara David Lawskey.
“Apalagi konektivitas sudah ditambahkan pada sebagian besar perangkat inovatif, sehingga menambah daftar perangkat yang berpotensi terpengaruh, seperti smart TV dan perangkat konektifitas lain yang akan tumbuh,” lanjutnya.
“Untuk itu komisi persaingan usaha Eropa harus dapat membuat peraturan untuk mengantisipasi hal tersebut,” pungkasnya.(hh)