Jakarta – Pada tanggal 10 April 2017, Facebook mengumumkan program sertifikasi terbarunya untuk para jurnalis. Melalui program tersebut mereka akan dilatih bagaimana menjalankan tugas mereka dengan menggunakan Facebook.
Seperti dilansir dari The Verge, program sertifikasi tersebut hadir dalam bentuk kursus online yang dibagi dalam tiga sesi dengan waktu 15 menit untuk setiap sesinya. Program sertifikasi jurnalis itu hadir berkat kerja sama dengan Poynter.
Tujuannya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para jurnalis bagaimana mereka dapat memanfaatkan fasilitas dari Facebook dalam tulisan mereka. Fasilitas-fasilitas Facebook yang dimaksud adalah Instagram, Facebook Live dan 360 gambar/video.
Namun, dari hasil uji coba yang dilakukan oleh beberapa jurnalis The Verge, menurut mereka program tersebut bukanlah sebuah pelatihan bagaimana menjadi seorang jurnalis, tetapi lebih kepada bagaimana cara menggunakan Facebook.
Karena tidak ada sama sekali pertanyaan yang terkait dengan integritas jurnalistik, seperti misalnya cara melakukan verifikasi terhadap sumber tulis, pengecekan fakta-fakta, atau cara mengembangkan keahlian ketika mewawancarai nara sumber.
Malah pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan pada penilaian akhir lebih kepada pertanyaan teknikal, seperti ‘Kenapa jurnalis ada baiknya menandai lokasi ketika melakukan Facebook Live broadcast?’ atau pertanyaan acak yang menanyakan fitur-fitur di Facebook ‘Fasilitas mana dari Facebook yang dapat digunakan oleh jurnalis untuk menampilkan sebuah tempat kejadian dari segala arah kepada para penontonnya?’
Jadi, kebanyakan dari test lebih fokus kepada cara melakukan optimisasi pada tulisan untuk interaksi sosial. Sementara aspek dari jurnalisme online yang digunakan oleh para jurnalis lebih mengutamakan pada berita baru kemudian dihadirkan pada sosial media.
Dengan adanya sertifikasi jurnalis dari Facebook akan menghadirkan jurnalis-jurnalis yang menyatakan diri mereka telah memiliki sertifikasi dari Facebook. Dimana mereka akan mendapatkan lebih kepercayaan dari para pengikut mereka, bahkan bisa saja mereka dijadikan sebagai sumber berita yang telah terverifikasi.
Namun, disamping itu banyak juga jurnalis yang telah menempuh pendidikannya melalui perguruan tinggi dan memiliki pengalaman bertahun-tahun. Bahkan banyak juga dari mereka yang telah mengikuti kursus-kursus tambahan sebagai bekal untuk melengkapi ilmu jurnalisme yang mereka miliki. Bagi para pengikutnya, semua itu sudah dilihat sudah mencukupi juga.(hh)