Helion, balon WiFi buatan Bandung yang bisa jadi pesaing Google Loon milik Google, dalam waktu beberapa hari lagi akan mengudara di langit Bandung tepatnya di ITB untuk diuji coba. Helion akan diterbangkan dengan ketinggian maksimal 25-50 meter, dan dengan ketinggian tersebut Helion akan dapat memancarkan sinyal WiFi dengan jangkauan 4 kilometer persegi.
“Hari Jumat ini (12/2) kita terbangkan balonnya untuk diuji coba di Bandung, tepatnya di sekitaran ITB,” jelas Hagorly M. Hutasuhut, pendiri startup Insitek yang menggarap projek balon Helion.
Menurutnya, Helion akan diterbangkan dengan ketinggian maksimal 25 sampai dengan 50 meter, dan dengan ketinggian tersebut Helion akan dapat memancarkan sinyal WiFi dengan jangkauan 4 kilometer persegi.
“Untuk tahap awal balon kita yang ketinggian rendah bisa sebagai platform advertising visual namun juga virtual ketika aksesnya,” ungkapnya.
Helion Memang Sudah Direncanakan
Sebelumnya, rencana pembangunan “balon” yang secara teknis mirip seperti Google Loon ini sudah pernah diangkat dalam diskusi santai di ICT Watch beberapa waktu lalu. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara, sebelum rencana Google Loon muncul ke publik, dirinya memang memiliki rencana untuk membangun pesaing balon Google tersebut.
“Sebelum rencana Balon Google, saya sudah pernah ketemu sama anak muda lulusan ITB dan ngobrol soal gagasan balon Wi-Fi dia. Dia juga dapet beasiswa di London dari lembaga pengelola dana pendidikan (LPDP), lembaga di bawah Kementerian Keuangan itu, loh,” jelas Rudiantara.
Seperti dikutip dari Tekno Liputan6.com, balon WiFi tersebut nantinya dapat menjadi teknologi alternatif yang dapat melengkapi teknologi telekomunikasi yang sudah ada dan yang belum mampu menjangkau sejumlah kawasan secara merata. Hal ini juga yang menjadi senjata utama Google Loon.
“Saya sebetulnya sudah minta dia supaya proyek ini bisa diuji coba dan jalan secepatnya, tapi dia bilang, ‘sabar dulu, Pak. Tahan dulu. Kita belum bisa secepat itu’. Ya sudah, akhirnya kita rencanakan kuartal pertama 2016 ini balon tersebut mudah-mudahan bisa diuji coba,” ujar Menteri yang akrab disapa Chief RA itu.
Cara kerja Helion ini adalah sebagai balon yang berkonsep flying BTS yang ditambatkan atau dikendalikan dari jarak jauh. Koneksi internetnya akan menggunakan VSAT dan fiber optik sebagai backhaul sehingga dapat membagi kecepatan internet dalam jangkauan yang luas tanpa mengurangi penurunan kualitas sinyal. Selain berfungsi sebagai flying BTS, Helion juga bisa digunakan sebagai media advertising saat diterbangkan atau melakukan pemetaan penting lainnya untuk kebutuhan nasional.
Selain itu dengan Helion, kita bisa memantau kondisi pertanian, perikanan dan mengetahui pelanggar batas wilayah Indonesia. Termasuk mengetahui daerah rawan bencana karena fitur pencitraan Helion layaknya satelit jarak dekat.
“Kita sudah rancang agar balon ini tahan sampai kecepatan angin beauford 7. Perangkat elektronik juga kita desain terstruktur agar terproteksi ketika hujan,” kata Hagorly. [MFHP]