Presiden RI Joko Widodo baru saja melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat. Dalam kunjungan kerja tersebut, dia bertemu para petinggi dari perusahaan teknologi seperti Google, Facebook, Twitter, serta inkubator Plug & Play di Silicon Valley. Selain berkunjung ke Silicon Valley, Presiden Jokowi juga hadir pada acara ASEAN-US Summit di Sunnylands.
Dalam kunjungannya ke kawasan teknologi di Amerika Serikat tersebut, Presiden didampingi Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara untuk mengunjungi kantor-kantor Facebook, Google, Twitter, dan Plug&Play. Selain mengunjungi perusahaan-perusahaan berbasis teknologi, Presiden juga bertemu dengan ratusan diaspora Indonesia yang bekerja di Amerika Serikat.
Disambut Petinggi Perusahaan Teknologi
Kunjungan Presiden ke Silicon valley disambut baik oleh para petinggi daari perusahaan teknologi yang bermarkas di sana. Di Facebook, Presiden disambut oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Dalam kunjungannya kali ini, Presiden mengajak Facebook untuk dapat mendukung program “Empowering Leaders of Peace Through Digital Platform” sebagai sebuah inisiatif global yang diinisiasi oleh Presiden RI sendiri.
CEO Google, Sundar Pichai langsung menyambut Presiden Jokowi saat datang ke kantor Google. Di sana, Presiden diperkenalkan dengan berbagai proyek masa depan dari Google seperti Google Loon yang tahun ini diperkirakan akan melakukan uji coba di Indonesia. Presiden juga berkesempatan bertemu dengan para karyawan Google yang berasal dari Indonesia.
Selain mengunjungi Facebook dan Google, Presiden juga berkesempatan untuk bertemu dengan CEO Plug&Play, Saeed Amidy dan juga CEO Twitter, Jack Dorsey. Kunjungan ke Plug&Play ini memberikan suatu pemahaman kepada rombongan yang datang yaitu cara bagaimana untuk membangun teknopreneur agar ekonomi digital dapat tumbuh cepat dan besar di Indonesia. Sedangkan di Twitter, Presiden menyambut baik pertemuannya dengan mengatakan bahwa Twitter memiliki peran sebagai salah satu platform media yang paling penting di dunia untuk menyebarkan berbagai nilai positif bagi masyarakat seperti nilai demokrasi dan pemerintahan yang bagus.
Indonesia: The Digital Energy of Asia
Dalam semua kunjungan itu, pemerintah Indonesia menyampaikan pemaparan bahwa Indonesia merupakan energi digital Asia, “Indonesia: The Digital Energy of Asia”.
“Itulah tema yang diusung Indonesia dalam rangkaian pertemuan di Silicon Valley,” ujar Kepala Pusat Informasi dan Humas, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), Ismail Cawidu (24/2).
Menurutnya, pemerintah Indonesia menyadari bahwa ekonomi digital memiliki karakteristik tersendiri yang dalam banyak kasus sangat berbeda dengan karakteristik ekonomi sebelumnya. Oleh karenanya, pemerintah harus menyesuaikan diri dalam menyusun kebijakan agar sejalan dengan kebutuhan baru tersebut.
Rangkuman kebijakan yang berkaitan dengan posisi Indonesia sebagai energi digital Asia itu adalah sebagai berikut:
1.Rencana strategis untuk fokus kepada UKM dan sebanyak-banyaknya melibatkan UKM dalam pembangunan ekonomi nasional.
2.Petajalan e-dagang yang memadukan 31 inisiatif dari 8 kementerian dan lembaga pemerintah untuk memastikan pertumbuhan sektor teknopreneur dengan target mencapai transaksi e-dagang sebesar 130 miliar USD pada tahun 2020.
3.Kebijakan yang ramah terhadap penanaman modal asing untuk menarik minat investasi dan penanaman modal ventura.
4.Memfasilitasi akses pendanaan untuk digitalisasi UKM dan perusahaan-perusahaan rintisan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan juga membuat regulasi yang lebih menarik minat modal ventura.
5.Menyediakan exit strategy yang mudah dan atraktif dengan cara memperdalam likuiditas pasar modal untuk listing perusahaan teknologi.
6.Adopsi kebijakan-kebijakan yang pro-inovasi seperti: program nasional untuk menciptakan 1000 teknoprenuer digital nasional dan peraturan safe harbor untuk memproteksi pemain-pemain e-dagang. [MFHP]