Industri smartphone global merasakan dampak signifikan dari turbulensi ekonomi yang melanda Tiongkok, dengan penjualan ponsel cerdas diperkirakan akan mencapai titik terendah sejak tahun 2013. Menurut laporan Counterpoint Research, total pengiriman smartphone di seluruh dunia diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 6% pada tahun ini, menyentuh angka sekitar 1,15 miliar unit.
Kondisi perekonomian yang tertekan di Tiongkok telah berdampak pada pengeluaran konsumen, khususnya dalam sektor elektronik. Penurunan daya beli konsumen ini tidak hanya mempengaruhi pasar dalam negeri, tetapi juga memicu perlambatan di wilayah Asia-Pasifik secara keseluruhan.
Terlepas dari penurunan inflasi di Amerika Serikat, dampaknya tidak cukup untuk menyeimbangkan penurunan ini. Para ahli mengamati bahwa ada suatu pemisahan antara kondisi ekonomi dan perilaku pembelian konsumen dalam hal smartphone. Meskipun kondisi pasar tenaga kerja di AS relatif kuat dan inflasi cenderung rendah, konsumen tetap ragu untuk melakukan peningkatan perangkat.
Sektor smartphone, yang memiliki nilai pasar sekitar £500 miliar, secara nyata menggambarkan betapa pentingnya peran konsumen dalam mendukung perekonomian. Perbandingan dengan masa penjualan smartphone sebelumnya pada level serupa, seperti saat peluncuran iPhone 5, menggambarkan betapa besar perubahan ini dalam kurun waktu satu dekade. Pada saat itu, inflasi berada di bawah 3% dan politik global berbeda dengan kondisi saat ini.
Apple, salah satu produsen smartphone terkemuka di dunia, telah merasakan dampak penurunan pasar di Tiongkok. Hal ini mendorong perusahaan untuk mulai memindahkan sebagian produksi ke negara lain.
Selain faktor-faktor ekonomi, situasi ini juga terjadi dalam konteks meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara Barat. Beberapa hari yang lalu, berita muncul bahwa Tiongkok sedang mempertimbangkan tindakan balasan atas larangan investasi AS dalam sektor teknologi Tiongkok yang baru-baru ini diberlakukan oleh Presiden Joe Biden.
Di tengah pergeseran politik dan ekonomi ini, perubahan dalam lanskap investasi dan hubungan perdagangan internasional tampak semakin rumit. Dalam menghadapi ancaman dan peluang baru, baik perusahaan maupun pemerintah harus mengambil langkah bijak untuk memastikan stabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan dalam industri teknologi dan ekonomi secara keseluruhan.(hh)