Perusahaan teknologi dan aplikasi konferensi video Zoom harus menerapkan program keamanan informasi baru sebagai bagian dari penyelesaian yang diusulkan dengan regulator Amerika Serikat atas masalah privasi pengguna.
Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) mengatakan penyelesaian tersebut tidak menyertakan komponen keuangan apa pun. Namun FTC menyebutkan bahwa Zoom akan menghadapi denda hingga 43.280 dolar Amerika Serikat untuk setiap pelanggaran di masa depan berdasarkan perjanjian.
Dilansir dari situs reuters.com, Zoom diklaim mengelabui tentang memberikan saluran komunikasi yang aman bagi pengguna. Padahal Zoom diketahui memiliki tingkat perlindungan keamanan yang rendah.
“Praktik keamanan Zoom tidak sejalan dengan janjinya,” kata Direktur Biro Perlindungan Konsumen FTC, Andrew Smith.
Saham perusahaan Zoom yang telah naik tajam tahun ini, dan dilaporkan turun lebih dari 13% dalam perdagangan pada Senin sore menjadi 433 dolar Amerika Serikat. Seorang juru bicara perusahaan mengatakan keamanan penggunanya adalah prioritas utama Zoom.
“Kami telah menangani masalah yang diidentifikasi oleh FTC,” katanya.
Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat (FTC) memberikan suara 3-2 di sepanjang garis partai untuk menyetujui penyelesaian. Komisaris Demokrat Rohit Chopra mengeluarkan pernyataan berbeda pendapat yang mengatakan kegagalan perusahaan Zoom dalam melindungi para penggunanya membutuhkan tindakan serius.
Sejak terjadinya pandemi COVID-19, Zoom menjadi salah satu aplikasi konferensi video yang banyak digunakan oleh masyarakat dunia, dengan jutaan pekerja dan siswa menggunakan platform videonya saat mereka bekerja dan belajar dari rumah. Basis penggunanya telah meningkat dari 10 juta pada Desember 2019 menjadi 300 juta pada April 2020.
Sejak 2016, situs web Zoom mengatakan bahwa pengguna dapat mengamankan rapat Zoom mereka dengan enkripsi end-to-end. Namun perusahaan menghadapi serangan balik karena gagal mengungkapkan bahwa layanannya tidak sepenuhnya dienkripsi secara end-to-end, sebuah metode untuk mengamankan komunikasi sehingga hanya pengirim dan penerima yang dapat membaca konten tersebut.
Zoom mengatakan pihaknya berencana untuk mengembangkan alat yang akan memberikan kontrol lebih besar kepada penyelenggara rapat dan memungkinkan pengguna untuk bergabung dalam rapat dengan aman.(na)