Jakarta – Pada tanggal 7 November 2017 Mastel akan menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) tentang “PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI SMART CARD & PERANGKAT BTS DI INDONESIA,” yang bertempat di Mercantile Athletic Club lt. 18, World Trade Center, Jl. Jend. Sudirman Kav 29-31, Jakarta.
Focus Group Discussion ini merupakan rangkaian kegiatan dalam riset tentang Pengembangan Industri Perangkat Digital Indonesia yang dilakukan dari bulan Agustus hingga November 2017, guna mempersiapkan rekomendasi kepada pemerintah khususnya Kementerian Kominfo dan Kementerian Perindustrian terkait dengan peta jalan (roadmap) industri perangkat digital di Indonesia. Hadir dalam kegiatan tersebut anggota MASTEL dan asosiasi dari industri terkait serta tentunya wakil pemerintah.
Dalam sambutannya Ketua Umum MASTEL Kristiono menjelaskan bahwa tahun ini MASTEL mengambil tema digital ekonomi. Pemahaman MASTEL terhadap digital ekonomi ada lima, yaitu pertama dilihat dari industri manufacturing, kedua perangkat keras dan lunak, ketiga industri jasa, keempat fintech, dan kelima yang lebih mendasar adalah aspek digital inklusi. Tanpa adanya digital inklusi, yang lain akan mengalami kesulitan untuk dapat tumbuh dengan wajar.
Saat ini ada dua hal kita yang anggap ketinggalan jauh yaitu industri perangkat yang meliputi hardware dan software. Yang kedua, permasalahan iterasi, khususnyad digital literasi yang dapat kita lihat dengan adanya hingar bingar hoax, telegram, dan lain-lain yang membuat sosial media menjadi ajang penyebaran hoax.
Sementara itu untuk membangun sektor industri ini perlu adanya dukungan pendidikan. Tentu perlu adanya pengembangan dan juga riset, sehingga semua inisiative ini dapat dikerjakan secara komprehensif.
Hal serupa disampaikan oleh Dr. Ir. Jumain Appe M. Si, Dirjen Penguatan Inovasi dari Kementerian Ristek & Dikti RI, bahwa untuk mendukung pembangunan nasional khususnya pembangunan ekonomi, maka diperlukan SDM yang siap pakai. Selama ini pendidikan yang sifatnya knowledge base perlu adanya perubahan sistem pendidikan agar dapat menghasilkan SDM yang siap pakai.
Disamping itu akan hadir industri 2.0 yang berbasis high technology. Oleh karena itu pengembangan dan penelitian tidak bisa hanya dilakukan oleh pemerintah. Karena apabila tidak dikembangkan dengan baik, maka pasar yang besar ini akan jadi milik orang asing dan tidak menutup kemungkinan tenaga kerjanya pun akan diambil semua oleh pihak asing.
Di akhir acara, Kristiono menyampaikan bahwa diperlukannya satu kecerdasan. Indonesia memiliki pasar dan aset yang menempatkannya dalam posisi luar biasa. Namun, perlu adanya dukungan pemerintah bagi pelaku industri di negeri ini. Semangat dan kesempatan serta potensi akan selalu ada, maka perlu banyak SDM yang handal untuk memanfaatkan peluang – peluang tersebut.(hh)