London – Sebuah startup yang berbasis di London dan Berlin bernama Ada, meluncurkan aplikasinya yang didukung oleh program berbasis kecerdasan buatannya sebagai asisten kesehatan. Aplikasi tersebut secara resmi di luncurkan di Inggris dan sejumlah startup yang berlokasi di Eropa turut membantu memasarkannya.
Seperti dilansir dari TechCrunch.com, perusahaan tersebut mengembangkan aplikasi mobile yang berfungsi sebagai asisten kesehatan pribadi dan sekaligus pengobatan jarak jauh. Melalui aplikasi antar mukanya, seseorang dapat melakukan konsultasi melalui aplikasi. Dimana secara otomatis aplikasi tersebut akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan terkait gejala yang di sampaikan oleh penggunanya.
CEO Daniel Nathrath dan Claire Novorol, seorang doctor di bidang kesehatan dalam penjelasannya menyampaikan bahwa pembuatan aplikasi tersebut membutuhkan waktu enam tahun. Pada awalnya, aplikasi di desain untuk tenaga klinik berdiskusi langsung dengan dokter dalam mengambil keputusan yang lebih baik. Semua informasi hasil diskusi tersebut disimpan dalam sebuah database yang sekarang dapat diakses oleh konsumen dengan menggunakan tampilan yang lebih user-friendly.
Pada uji coba yang dilakukan oleh tim di Techcrunch, disampaikan keluhan mengenai saki mata. Setelah melalui sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan sebelumnya, aplikasi memberikan tiga kemungkinan terhadap kondisi penyakit yang dialami pengguna. Bahkan aplikasi pun menginformasikan bahwa penyakit tersebut dapat ditangani dirumah.
Dari hasil uji coba tersebut dapat terlihat manfaat utama yang didapat melalui aplikasi kecerdasan buatan untuk kesehatan seperti Ada. Dimana pasien memiliki kemampuan lebih dalam mengambil keputusan untuk kesehatan mereka. Jadi pasien hanya mengunjungi dokter apabila diperlukan dan membuat pasien juga lebih pro aktif terhadap kesehatan mereka.
Ada sendiri menyatakan mereka tidak akan menggantikan peran dokter manusia dalam waktu dekat ini. Karena tujuan aplikasi dibuat adalah untuk membantu peran ataupun tugas manusia, bukan menggantikannya secara langsung.
Dua cara yang konkrit dapat dilihat adalah membantu pada tahap konsultasi dan apabila diperlukan, maka diserahkan ke dokter manusia untuk saran-saran lebih lanjut, atau hanya membantu membuat informasi digital sebelum konsultasi dilangsungkan. Dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk gejala yang paling menonjol akan disimpan, dan akan dianalisa lebih lanjut oleh aplikasi. Secara signifikan ini akan membantu menghemat waktu apabila diperlukan konsultasi yang berkelanjutan.
Claire Novorol juga menjelaskan, sejak aplikasi diluncurkan, sejumlah masukan telah diterima yang memperlihatkan sejumlah hasil diagnosa yang sukses, baik itu kondisi penyakit yang umum ataupun kondisi penyakit yang langka. Ia juga menambahkan bahwa sistem kecerdasan buatan pada Ada akan terus ditingkatkan melalui pelatihan oleh dokter manusia.
Sementara CEO Nathrath mengatakan bahwa Ada berbeda dengan pesaingnya, kecerdasan buatan bukan hanya sebuah hasil pemikiran belaka. Pada awalnya aplikasi lain bermula dari tatap muka dengan dokter baru ditambahkan kecerdasan buatan, tetapi berbeda dengan Ada yang membutuhkan enam tahun dalam mengembangkan kecerdasan buatannya dan baru-baru ini saja menambahkan fitur konsultasi jarak jauh.
Mengenai masalah pendanaan yang diterima oleh Startup, pihak Ada berkeberatan untuk memberikan komentarnya. Disamping pendanaan yang di peroleh melalui EU Grant, sumber mengatakan bahwa mereka di danai oleh pendana individu yang tidak ingin disebutkan namanya.(hh)