Menurut laporan BBC pada hari Senin, Twitter tidak lagi dapat melindungi pengguna dari provokasi, penyebaran berita palsu, dan eksploitasi seksual anak. Beberapa departemen penting telah melakukan PHK, sehingga platform ini tidak dapat memantau konten dengan baik.
Sejak Elon Musk mengambil alih Twitter tahun lalu, telah terjadi peningkatan jumlah profil misoginis dan kasar. Fitur yang sebelumnya berfungsi untuk melindungi pengguna dari bentuk-bentuk provokasi, seperti tombol “peringatan”, telah dihapus dan tim yang bertanggung jawab atas fitur ini telah diberhentikan.
Menurut laporan tersebut, Twitter juga telah didedikasikan untuk mengirimkan kebencian dan mempromosikan kebencian terhadap wanita sejak pengambilalihan Musk. Jumlah profil yang kasar dan misoginis meningkat 69 persen menurut Think Tank Institute untuk Dialog Strategis yang berbasis di Inggris. Selain itu, tim yang bertanggung jawab untuk melindungi pengguna dari “pengaruh operasi” yang disetujui negara juga telah dikurangi dari 20 menjadi hanya enam atau tujuh orang.
Kebijakan Twitter menyatakan bahwa mereka masih menghargai suara pengguna dan melindungi pengguna dari penyebaran informasi palsu, namun laporan tersebut mengindikasikan bahwa semua tim komunikasi Twitter telah mengundurkan diri atau dipecat.
Hal ini menjadi masalah besar bagi pengguna Twitter, khususnya jurnalis dan para pengkritik yang mungkin menjadi target kampanye yang disetujui negara. Selain itu, pengguna Twitter juga rentan terhadap penyebaran berita palsu dan eksploitasi seksual anak.
Sebagai platform yang memiliki dampak besar dalam penyebaran informasi dan opini publik, Twitter harus bertanggung jawab atas perlindungan pengguna mereka dari konten yang tidak aman dan tidak pantas. Penting bagi Twitter untuk memperbaiki masalah ini dan memulihkan kepercayaan pengguna dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, Twitter harus meningkatkan pengawasan konten dan melindungi pengguna dari penyalahgunaan serta mempertahankan tim yang bertanggung jawab atas perlindungan pengguna.(hh)