Indonesia saat ini telah sukses mengimplementasikan 4G LTE. Meskipun sudah berhasil diimplementasikan, teknologi 4G ini masih belum bisa dirasakan oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Namun, akhir-akhir ini sudah ada beberapa vendor jaringan yang sudah ingin mencoba teknologi 5G di Indonesia.
Sama halnya dengan sejumlah negara seperti Jepang dan Korea Selatan yang bersiap untuk melakukan uji coba teknologi 5G, Indonesia pun akhirnya harus mulai berancang-ancang apa langkah selanjutnya setelah menghadirkan layanan 4G ini?
Menkominfo Rudiantara mengatakan sebenarnya refarming yang dilakukan saat itu baru sebagian saja. Menurutnya, Kominfo sampai 2019 hanya memiliki 2 program kerja saja yaitu boradband dan efisiensi industri. 4G sendiri adalah bagian dari program implementasi dari broadband.
“Ada dua program besar KemenKominfo yang akan sampai pada tahun 2019 yakni broadband dan efisiensi industri. Ini terkait dengan kebutuhan masyarakat. Kalau gak berkaitan buat apa habiskan uang rakyat?” ujar Rudiantara saat menghadiri diskusi tahunan dengan topik “4G, What’s Next?” yang diadakan IndoTelko di Balai Kartini Jakarta (07/12/2015).
“Fokus KemenKominfo itu dulu. Kita berikan ruang ke operator untuk membuat business model yang baru. Tanpa itu kita tidak bisa masuk ke 5G. Kepentingan kita untuk industri. Di Jepang itu masuk 5G karena ada Olimpiade. Jangan euforia teknologi tapi enggak ada manfaatnya,” tambahnya.
Dalam pengimplementasian dalam hal broadband, Kemenkominfo memang sedang melakukan percepatan baik di fixed maupun wireless. Selain itu, Chief RA menargetkan dalam 3 tahun ke depan perangkat 4G dapat dijual dengan harga yang terjangkau yaitu berkisar 500-600 ribu.
“Saya gembira saat ini perangkat 4G sudah dipakai jutaan orang di Indonesia. Ini permulaan yang baik. Kemarin saya lihat di Batam jual ponsel 4G sudah kayak kacang goreng. Orang Indonesia memang suka beli gadget dengan fitur yang belum bisa digunakan di sini,” ujar Rudiantara.
Sedangkan dalam hal efisiensi industri, beliau menyebutkan hal ini dapat tercapai dengan mengupayakan sharing infrastruktur telekomunikasi aktif maupun pasif.
“Sharing infrastruktur bagian dari efisiensi industri. Tapi kan ini baru awal. Nantinya yang diharapkan adalah adanya konsolidasi. Saya ingin ada 4 operator telekomunikasi ke depannya. Saat ini kami sedang mempersiapkan regulasi aktif sharing infrastruktur yang mudah-mudahan bisa cepat selesai,” tuturnya.
Sharing infrastruktur ini adalah penggunaan BTS secara bersama-sama dengan tujuannya adalah mencapai bentuk efisiensi industri yang dinilai sebagai salah satu defisit neraca perdagangan terbesar di Indonesia.
Dengan menyelenggarakan layanan 4G LTE secara komersil, operator-operator pun dihadapkan pada pekerjaan yang lumayan banyak. Salah satunya adalah mengubah perusahaannya dari perusahaan telekomunikasi konvensional menjadi perusahaan digital.
Direktur Jaringan Telkomsel, Sukardi Silalahi, dalam acara diskusi berkenaan 4G ini, menjelaskan bahwa operator memang sudah harus berubah menjadi perusahaan digital. Agar sukses menjadi perusahaan digital ini, ada tiga hal penting yaitu regulasi, teknologi, dan kultur. Dari ketiga poin tersebut, menurut Sukardi, kultur menjadi poin yang tersulit karena tergantung bagaimana masyarakat mengadopsi teknologi. Telkomsel sendiri menurutnya sedang berusaha untuk menjadi “Leading LTE”.
Sepaham dengan Telkomsel, CEO Indosat Ooredoo, Alexander Rusli mengatakan memang tidak ada pilihan lagi untuk operator saat ini, semuanya harus menjadi “Everything Digital”.
“Tidak ada pilihan, semua harus digital. Tidak hanya untuk konsumen, tapi juga untuk kami sendiri. Produk yang dikeluarkan nanti mesti sesuai dengan kebutuhan digital,” pungkasnya.
XL Axiata melalui Dian Siswarini, CEO XL Axiata juga mengamini hal ini. Mereka sedang berupaya untuk bertransformasi ke perusahaan digital lewat strategi 3R. Yang pertama yang harus dilakukan adalah dengan mengubah kultur internal sebelum melakukan hal sama ke pelanggan. Kedua adalah menjadi operator yang lebih efisien agar tetap mendapat keuntungan yang lebih baik. Terakhir adalah melayani pelanggan yang lebih baik dengan memberi solusi yang tepat dan diminati.
“Bila tidak bertransformasi sekarang, kita tidak akan digantikan oleh orang lain. Lewat 3R kami akan menjadi bertransformasi dari perusahan telekomunikasi menjadi digital,” ujarnya. [MFHP]