Satu kata, “Bangga” atas pencapaian yang diraih oleh putra-putri bangsa yang mampu membuat perangkat teknologi komunikasi anti sadap. Adalah PT Hariff Daya Tunggal Engineering yang mengembangkan alat tersebut. Perusahaan yang beroperasi di Kota Bandung itu juga berjanji tidak akan menjual alat kebanggaannya tersebut ke phak asing.
“Dalam negeri saja. Kami mengusung semangat nasionalisme,” pungkas Budi.
PT Hariff mengembangkan suatu jaringan telekomunikasi khusus bernama Jaringan Aman Mandiri (JAM) yang diklaim bisa menjaga kerahasiaan daata dan informasi.
“JAM ialah jaringan yang berbasis protokol dan enkripsi khusus yang dinamis dengan pengamanan hardware dan software. Jaringan anti sadap ini bisa untuk audio, video dan data. Jadi telepon genggam, kamera dan kegiatan video conference tidak bisa disadap,” jelas Presiden Direktur PT Hariff Daya Tunggal Engineering, Budi Permana usai menerima kunjungan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu di pabrik PT Hariff, Senin (7/12/2015).
Menteri pertahanan, Ryamizard Ryacudu yang mengunjungi perusahaan pembuat alat anti sadap itu pun langsung melihat perangkat yang bernama JAM ini dan mendukung penuh pengembangan dalam segi keamanan khususnya pada bidang TIK di Indonesia.
“Kami mendukung penuh pengembangan teknologi komunikasi buatan dalam negeri,” ucap Ryamizard.
Menurutnya, alat anti sadap tersebut akan digunakan untuk Kementerian Pertahanan (Kemenhan) mengingat saat ini di Indonesia masih rawan akan penyadapan.
“Secepatnya, tahun depan lah karena ini bentar lagi tahun baru. Masih harus terus diuji coba, meski sudah jalan,” jelas Ryamizard.
Menurut menteri yang juga purnawirawan TNI ini, kebutuhan akan teknologi telekomunikasi dengan menggunakan perangkat anti sadap di bidang pertahanan sangat mutlak diperlukan. Apalagi jika produknya dikembangkan oleh perusahaan dalam negeri.
“Kalau bukan kita yang menggunakan, siapa lagi? Ternyata Indonesia mampu membuat teknologinya. Terpenting ialah kerahasiaan terjamin,” tegas Ryamizard.
Menurut Budi, JAM dibuat dengan memaksimalkan sumber daya dalam negeri, menggunakan pengamanan hardfware, software, serta memberikan pilihan kepada pengguna untuk menambahkan sistem pengamanan sendiri. Di lingkungan TNI, JAM dapat digunakan untuk operasi taktis TNI dan komunikasi teritorial.
“JAM dibuat di dalam negeri oleh putra-putri bangsa. Jadi kami ini membuat sistem jaringannya, tujuannya agar jaringan tidak disadap. Jaringan anti sadap ini bisa untuk audio, video dan data,” jelas Budi.
Menurutnya, Indonesia seharusnya sudah menjadi negara yang berdaulat, mulai hilangkan ketergantungan terhadap teknologi telekomunikasi buatan pihak asing. Caranya hanya dengan menggunakan semua potensi yang dimiliki dan dikembangkan di dalam negeri.
“Indonesia jangan menjadi ‘rumah kaca’ yang bisa terdeteksi semua lalu lintas informasinya,” tambah Budi.
Memang kita patut bangga dengan alat anti sadap ini karena dalam proses pembuatannya dikerjakan dengan memaksimalkan sumber daya dalam negeri. Alat ini bisa digunakan untuk hal-hal yang sensitif bagi negara kita misalnya mengamankan data-data penting Pemilu agar tidak diganggu oleh pihak manapun. Alat ini diyakini Budi akan bisa mengamankan jaringan video, data, audio, dan lainnya hingga 20 tahun ke depan meski teknologi komunikasi terus berkembang. Menurutnya, lewat enkripsi dinamis, kode jaringan yang digunakan bisa berubah sesuai permintaan.
“Misalnya memakai jaringan bahasa Jawa suatu saat orang (penyadap, red) sudah bisa bahasa Jawa. Tiga hari kemudian kami ubah lagi menjadi bahasa Sunda. Jadi penyadap itu bingung ini bahasa apa. Itu bisa dilakukan menggunakan modikasi software dan bisa dijadwalkan,” terang Budi. [MFHP]