Facebook kembali memberlakukan pemblokiran sementara terhadap akun yang anti LGBT seperti akun dari penulis Tere Liye. Pemblokiran sementara oleh Facebook ini adalah yang kedua bagi penulis yang bernama asli Darwis tersebut karena berkomentar kritis soal Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT).
“Facebook memblokir 24 jam beberapa hari lalu. Sudah mereka buka. Tapi beberapa jam lalu mereka blokir lagi,” kata Darwis Tere Liye.
Pemblokiran kali ini menurutnya merupakan yang paling lama yaitu selama 3 x 24 jam. Dia sangat menyayangkan sikap Facebook yang juga memberikan peringatan akan menutup permanen akunnya jika tetap membahas soal LGBT.
“Admin page tidak bisa ngapa-ngapain selama 3×24 jam. Jadi seperti dibungkam, tanpa delete secara langsung,” tutur penulis novel tersebut.
Sikap Facebook terhadap pihak-pihak yang anti LGBT dengan memblokir tulisan yang memuat konten yang menyatakan anti terhadap LGBT mendapatkan kritik dari penggiat Hak Asasi manusia (HAM). Dewan Pembina Pusat Advokasi Hukum dan HAM (PAHAM), Heru Susetyo sangat menyayangkan sikap dari Facebook yang secara otoriter memblokir akun dan tulisan pribadi bagi pihak yang berbeda sikap dengan LGBT.
“Facebook tidak konsisten, berstandar ganda dalam menyuarakan HAM hanya bagi kelompok pro LGBT dan otoriter dengan memblokir postingan kelompok anti LGBT,” ujar Heru seperti dilansir dari Republika.co.id (22/2).
Dosen Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini berpendapat bahwa alasan HAM dan anti diskriminasi Facebook terhadap LGBT, ternyata tidak berlaku bagi mereka yang anti LGBT. Itu terlihat secara jelas ketika Facebook dengan seenaknya memblokir tulisan dan berbagai unggahan opini yang melawan LGBT. Seharusnya Facebook tidak harus melakukan cara-cara yang seperti itu, karena Facebook telah menyatakan untuk menjunjung tinggi HAM dan anti diskriminasi.
Dalam beberapa hari ini, Facebook telah memblokir tulisan di akun personal beberapa pihak yang diduga beropini anti LGBT. Diantaranya, Facebook memblokir tulisan Tere Liye, yang menulis opini dan sikapnya yang anti LGBT, kemudian akun dari Sekretaris Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), yang juga dblokir selama tiga hari karena sering memposting penolakan kampanye LGBT dan bahayanya.
Lebih Baik Gunakan Sebangsa
Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) yang merupakan wadah bagi seluruh pemangku kepentingan di bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi, Komunikasi dan Penyiaran, mengambil sikap untuk tidak lagi menggunakan media sosial Facebook yang juga merupakan OTT Global tersebut. Hal itu dikarenakan Facebook terlalu memaksakan ideologinya kepada pengguna, dengan mengatasnamakan Community Standards.
MASTEL lebih memilih media sosial buatan anak-anak muda berbakat Indonesia yakni Sebangsa. Sebangsa merupakan media sosial yang kental akan konten lokal, dari cara penggunaan, hingga bahasanya. Media sosial yang lahir di Yogyakarta pada Agustus 2014 lalu ini merupakan jawaban atas keresahan tentang maraknya jejaring sosial asing yang hadir di Indonesia.
Berbeda dengan media sosial lainnya seperti Facebook, dan Twitter, Sebangsa mempunyai fitur unggulan yakni menghubungkan institusi layanan publik dengan masyarakat. Hal ini diharapkan dapat mempercepat layanan publik kepada masyarakat. Layanan publik yang dimaksud berupa fitur Sebangsa 911 dan Sebangsa 1800 yang bisa menjadi wadah saat membutuhkan atau ingin menyampaikan informasi secara cepat. Pesan juga bisa langsung ditautkan ke pihak bersangkutan seperti kantor polisi, rumah sakit, layanan operator, hingga beraneka brand produk. [MFHP]