Facebook telah mengumumkan rencananya untuk membuat perangkat yang memungkinkan seseorang mengetik hanya dengan berpikir. Untuk itu mereka telah mendanai penelitian mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang dapat mengubah aktivitas otak menjadi ucapan yang dapat memproses 100 kata per menit.
Ilmuwan dari Universitas California di San Francisco meminta pasien menjawab dengan lantang daftar pertanyaan pilihan ganda sederhana yang diberikan secara acak.
Dan algoritma belajar mengidentifikasi pertanyaan yang ditanyakan sebanyak 75% dan dari
jawaban yang pilih sebanyak 61% dari waktu. Kebanyakan pendekatan sebelumnya hanya berfokus pada penguraian kata-kata saja jelas Prof Eddie Chang.
Namun di sini kami menunjukkan nilai dari pengodean kedua sisi percakapan – baik pertanyaan yang didengar seseorang maupun apa yang mereka katakan sebagai jawaban atau tanggapan yang diberikan.
Dari uji coba yang telah mereka lakukanmemperkuat intuisi bahwa berbicara bukanlah sesuatu yang terjadi dalam ruang hampa.
Dan bahwa setiap upaya untuk memecahkan kode apa yang coba disampaikan oleh pasien yang memiliki gangguan bicara akan ditingkatkan dengan mempertimbangkan konteks penuh di mana mereka mencoba untuk berkomunikasi.
“Saat ini, pasien dengan kehilangan bicara akibat kelumpuhan terbatas pada mengeja kata-kata dengan sangat lambat menggunakan gerakan mata residu atau otot berkedut untuk mengontrol antarmuka computer,” ujar Professor Eddie Chang.
“Tetapi, dalam banyak kasus, informasi yang diperlukan untuk menghasilkan ucapan yang lancar masih ada di otak mereka.
Sementara itu, salah seorang peneliti David Moses mengatakan bahwa Penting untuk diingat bahwa apa yang telah mereka cpai ini dengan menggunakan kosakata yang sangat terbatas, tetapi dalam penelitian selanjutnya kami berharap untuk meningkatkan fleksibilitas serta keakuratan apa yang dapat kami terjemahkan dari aktivitas otak.
Di dalam blognya Facebook menulis, para peneliti berharap dapat mencapai kecepatan decoding real-time 100 kata per menit dengan kosakata 1.000 kata dan tingkat kesalahan kata kurang dari 17%.
Sementara itu, perusahaan Neuralink milik Elon Musk telah mengajukan permohonan kepada regulator di Amerka untuk mendapatkan izin, agar dapat melakukan pengujian perangkat peretasan otaknya buatan mereka pada manusia.
Ahli neuro-etika Profesor Nita Farahany mengatakan kepada MIT Review bahwa sebaiknya penelitian seperti itu dihentikan agar dapat mempertimbangkan sisi etikanya. Karena otak adalah satu-satunya tempat yang aman untuk kebebasan berpikir, berkhayal, dan untuk perbedaan pendapat.(hh)