Google mengatakan bahwa mereka telah menciptakan sistem kecerdasan buatan yang dapat mendeteksi kanker paru-paru setahun lebih cepat dari pada seorang dokter manusia, sehingga berpotensi meningkatkan peluang kelangsungan hidup bagi pasien.
Menurut peneliti kesehatan Google Lily Peng, model “pembelajaran sistem secara mendalam” yang digunakan dapat menemukan lesi paru-paru halus pada pemindaian melalui computed tomography (CT), hal yang dapat terlewatkan oleh lima dari enam ahli radiologi. Dengan model tersebut kanker dapat terlihat setahun sebelum diagnosis.
“Tahun itu bisa diterjemahkan ke dalam tingkat kelangsungan hidup yang meningkat sebesar 40 persen,” kata Lily Peng.
Tim kecerdasan buatan Google telah bekerja dengan Verily, sebuah perusahaan induk yang bergerak di bidang ilmu hayati dari Google Alphabet. Verily telah berfokus pada peningkatan kesehatan penderita diabetes tetapi terpaksa menunda pekerjaan pada lensa kontak pintar yang dapat memonitor kadar glukosa tanpa tes darah.
Rencana itu gagal ketika para ilmuwan berjuang untuk membuat lensa yang kompatibel dengan air mata manusia, yang ternyata hasilnya mengarah pada sistem diagnosis. Lily Peng mengatakan bahwa Google berharap untuk dapat bekerjasama dengan rumah sakit agar dapat membawa alat diagnostik tersebut kepada lebih banyak orang.
Ada kemungkinan Verily mungkin memulai kesepakatan dengan NHS. Pada 2018, mereka telah melakukan uji coba dengan NHS di Inggris di mana data pasien yang dianonimkan dianalisis untuk mencoba dan memprediksi kondisi kronis.
Kecerdasan buatan adalah prioritas utama pada konferensi tahunan di kantor pusat Google. Sistem seperti ini juga akan segera memberi tahu pengguna apa yang harus dipesan dari restoran setelah mereka mengambil foto dari menu.
Makanan pun nanti akan dihasilkan berdasarkan ulasan pengguna. Setelah pengguna selesai dengan makanan mereka, mereka dapat menggunakan asisten Google untuk membagi tagihan dan tip kebeberapa orang hanya cukup dengan mengambil gambar dari makanan.
Perbaikan lain pada asisten suara termasuk perintah yang lebih cepat, lebih mudah termasuk menulis email secara menyeluruh dan melampirkan foto dari album foto ke pesan teks menggunakan suara pengguna saja.
Selain itu, Google juga berupaya menciptakan asisten untuk orang-orang cacat yang dapat dilatih untuk memahami ekspresi wajah mereka dan menggunakannya sebagai tindakan untuk menyalakan atau mematikan lampu dan berkomunikasi dengan orang lain.
Manajer produk Julie Cattiau mengatakan bahwa algoritma kecerdasan buatan yang merek kembangka tersebut saat ini bertujuan untuk mengakomodasi individu yang berbicara dalam bahasa Inggris dan memiliki gangguan yang biasanya terkait dengan ALS, tetapi kami percaya bahwa penelitian kami dapat diterapkan pada kelompok orang yang lebih besar dan berbagai gangguan dalam berbicara.
Selain meningkatkan pengenalan ucapan, Google juga melatih algoritme kecerdasan buatan yang dipersonalisasi untuk mendeteksi suara atau gerakan, sehingga kemudian dapat mengambil tindakan seperti membuat perintah yang diucapkan ke Google Home atau mengirim pesan teks. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan fisik dan tidak dapat berbicara.(hh)