Masyarakat Telematika (MASTEL) bersama dengan ZTE Corporation menyelenggarakan Indonesia ICT Roundtable “Next Generation Broadband – 5G Forum” (Technology & Regulatory Perspective) di Grand Ballroom 3, Mandarin Oriental Hotel, Jakarta pada hari Kamis (19/11/2015).
Acara yang dihadiri oleh para petinggi ZTE baik ZTE Indonesia maupun China, MASTEL dan Kementerian dari Kominfo, Perindustrian dan perekonomian, pakar telekomunikasi, Bappenas, BPPT, dan anggota MASTEL dari operator telekomunikasi dan penyiaran, akademisi, asosiasi TIK serta komunitas TIK lainnya.
Diskusi dengan topik 5G ini digelar dengan maksud untuk membahas tentang cara bagaimana pemerintah dan industri mengantisipasi pemanfaatan teknologi 5G yang saat ini sudah berada di depan mata untuk mendorong perekonomian Indonesia. Acara diawali dengan sambutanKetua Umum dari MASTEL, Kristiono dan Presiden Direktur dari ZTE Indonesia, Mei Zhong Hua. Dalam sambutannya, Kristiono menyampaikan “Indonesia baru saja memasuki teknologi 4G saat ini, dan industri saat ini mengapresiasi hasil kerja dari pemerintah dalam menghasilkan kebijakan di teknologi 4G ini,” . Beliau berharap diskusi ini akan menjadi forum bagaimana masing-masing pihak pada industri ICT dapat berkontribusi untuk mendorong pertumbuhan teknologi maupun perekonomian Indonesia dalam menyambut teknologi generasi terbaru.
Pada bagian lain, Mei Zhong Hua menyampaikan bahwa “acara ini kita akan membahas next generation broadband, dimana 5G akan bermanfaat untuk Indonesia dan disini kita akan mendiskusikan bagaimana mengimplementasikan teknologi ini di Indonesia,”. ZTE menilai 5 G ini dapat mendorong perekonomian di Indonesia. “ZTE terbuka bagi perusahaan lokal Indonesia untuk bertukar pikiran terkait teknologi 5G,” tambah Mei Zhong Hua.
Acara yang secara resmi dibuka Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara dan Kementerian Perindustrian. “Kami menghargai penyelenggaraan seminar mengenai teknologi 5G dan Next Broadband yang diprakarsai oleh ZTE dan Mastel ini. Menurut hemat saya, ini mencerminkan tingginya kepedulian masyarakat maupun pelaku bisnis teknologi untuk bersama-sama membangun TIK Indonesia yang lebih baik,” ujar Dirjen industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika, I Gusti Putu Suryawirawan yang mewakili Menteri Perindustrian, Saleh Husin. Rudiantara selaku Menteri Komunikasi dan Informatika menyampaikan, “Perluasan pembangunan infrastruktur pita lebar mutlak kita perlukan dan menjadi salah satu prioritas kita, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bangsa. Kami menyadari bahwa dalam penerapannya akan banyak kita temukan hambatan-hambatan, seperti luas geografis negara kita, pendanaan dan peningkatan pengetahuan di dalam masyarakat akan pentingnya pemanfaatan TIK di seluruh aspek kehidupan,“.
Pada Rencana Pita Lebar Indonesia dijelaskan bahwa pembangunan pita lebar di Indonesia pada tahun 2014-2019 difokuskan untuk mencapai 3 tujuan, yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing bangsa; mendukung peningkatan kualitas pembangunan manusia Indonesia; dan menjaga kedaulatan bangsa. Untuk memenuhi target pembangunan pita lebar ini, Indonesia memiliki beberapa tantangan, seperti meratakan penyebaran infrastruktur ke seluruh wilayah Indonesia, menyiapkan pendanaan dalam jumlah besar, serta menciptakan ekosistem yang siap untuk perkembangan TIK. “Melihat inisiatif dari para vendor telekomunikasi dan operator, seperti diskusi yang diadakan hari ini, kami merasa optimis bahwa Indonesia akan mampu memperoleh solusi yang tepat sehingga mampu meningkatkan kualitas TIK demi meningkatkan daya saing bangsa,” ujar Rudiantara.
Dibandingkan dengan jaringan 4G, teknologi generasi kelima (5G) dapat memberikan beberapa keuntungan lebih, seperti jumlah koneksi yang lebih besar, kapasitas 1000 kali lebih besar, throughput 10 kali lebih cepat, dan latency yang lebih rendah. [MFHP]