Jakarta – Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) telah menyelenggarakan Tech Update dengan judul “Blockchain: Hype or Hope?” pada hari Jumat, 29 Maret 2019, bertempat di Ruang Agung & Ruang Krakatau, Telkom Landmark Tower, Lt. 38, Jakarta Selatan.
Sesuai dengan tema yang diangkat, tujuan kegiatan Tech Update kali ini ada untuk melihat manfaat serta peluang yang dapat diperoleh dari Teknologi Blockchain. Teknologi ini menjadi amat dikenal setelah diterapkan pada produk digital bernama BitCoin. Dunia perbankan dan dunia keuangan di seluruh dunia menjadi heboh.
Kemudian hadir pula gagasan-gagasan baru tentang penerapan BlockChain di banyak sektor. Para penyelenggara telekomunikasi (jaringan dan jasa) kembali harus mengkaji adakah peluang untuk turut serta memainkan permainan yang baru ini; adakah posisi yang cukup baik, dan seberapa peluang untuk turut memperoleh manfaat dari “memainkan” teknologi Blockchain ini.
Beberapa poin yang dibahas dalam kegiatan itu, meliputi Blockchain Mindmap, Potensi, dan Tantangan. Selain itu, dibahas juga bagaimana implementasi dan penerapannya. Berikut ini ada beberapa contoh penggunaan Blockchain di dunia usaha:
- Perbandingan blockchain dengan public key
- Perkembangan situasi terkait Keamanan Digital
- Sektor apa saja yang cocok menerapkan blockchain
- Blockchain di antara euforia dan realita kebutuhan.
- Kesenjangan persepsi tentang blockchain antara dunia akademis dan dunia bisnis.
- Adakah kualifikasi khusus bagi SDM yang akan terlibat dalam penerapan blockchain.
- Seberapa peluang atau kecocokan network company untuk terlibat dalam penerapannya.
Hadir sebagai Keynote Speaker Bapak Dr. Ir. Hari Santosa Sungkari, M.H., Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Beliau menyampakan bahwa Blockhain dapat menjadi enabler untuk pengembangan ekonomi kreatif khususnya produk kreatif digital (musik, foto, film, video, desain, game, penerbitan, konten radio & televisi, dan konten digital lainnya).
Sejumlah pembicara ahli juga turut mengisi kegiatan tersebut, Bapak Dr. Amang Sudarsono, dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Bapak Dr. Eko Prasetiyo dari Indonesia Blockchain Society dan Ibu Mutia Rachmi dari Tokoin yang telah menerapakan Blockchain pada startupnya.
Jadi Blockchain bukanlah teknologi atau alat canggih yang dapat menyelesaikan permasalahan di bidang IT. Masih banyak aplikasi dengan immutable Data yang cocok dengan Blockchain, sehingga perlu keahlian khusus untuk mendesain Sistem Blockchain untuk data integrity dan data privacy.(hh)