Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara menyampaikan harapannya di hadapan CEO Microsoft Satya Nadella dalam acara Microsoft Developer Festival 2016 di ballroom Ritz Carlton, Pacific Place, Jakarta, Kamis (26/5/2016).
“Saya berharap Microsoft ikut serta dalam perubahan digital space yang terjadi di indonesia, karena kita percaya, Indonesia adalah the largest digital center in the region,” ujar menteri yang akrab disapa Chief RA itu dikutip dari detikINET.
Pada kesempatan itu pula Chief RA memberikan penjelasan di hadapan Satya dan 1.200 undangan yang hadir, bahwa pemerintah Indonesia telah memberikan dorongan roadmap industri e-commerce sebagai salah satu cara dalam melakukan perubahan digital space di Indonesia.
Diharapkan pada tahun 2020 mendatang dari bisnis e-commerce ini ada transaksi sebesar USD 130 miliar. Dimana salah satunya berasal dari program seribu startup teknopreneur dengan valuasi USD 10 miliar.
“Dari program seribu startup teknopreneur itu, tiap tahun kita targetkan ada 200 startup. Dan yang paling bisa didorong ada di e-commerce. Jadi tahun ini kami harapkan ada satu e-commerce yang bisa jadi unicorn,” ujar Rudiantara.
Menkominfo juga menerangkan mengenai industri e-commerce di Amerika Serikat dan China yang saat ini menjadi rujukan bagi Indonesia. Berdasarkan pendapatnya, China hanya perlu sekitar delapan tahun untuk dapat menghasilkan USD 430 miliar, malah nilai itu mengungguli industri e-commerce Amerika yang nilai transaksinya sebesar USD 304 miliar.
“China berhasil overlap. Setelah diselidiki, ternyata salah satu strateginya karena mereka ada roadmap e-commerce. Makanya pemerintah bikin roadmap. Saya lagi mendesak menteri-menteri yang lain agar roadmap e-commerce ini dijadikan Perpres,” jelasnya.
Kenapa harus dibuatkan Perpres atau Peraturan Presiden? Karena menurut Rudiantara, ada lima hal. Pertama untuk menangani pendanaan startup. Kedua, mengenai masalah pajak. “Kami ingin masalah pajak ini disederhanakan, seperti yang berlaku di capital market atau pasar modal.”
Ketiga, masalah perlindungan pelanggan atau customer protection. “Mungkin masyarakat di kota besar sudah biasa dengan transaksi e-commerce, tapi gimana dengan yang di desa-desa?” jelas menteri.
Keempat, masalah keamanan internet. Dan kelima, masalah logistik. Khusus untuk yang terakhir ini disebabkan menteri melihat e-commerce itu membuat logistiknya sendiri-sendiri. Sedangkan pemerintah ingin melibatkan PT Pos Indonesia masuk kedalam ekosistem e-commerce.
“PT Pos itu punya tiga ribu outlet. Yang ini pemerintah sedang mengadakan meeting untuk membahas reposisi PT Pos Indonesia,” jelasnya lebih lanjut.
Di dalam penjelasannya, Rudiantara juga menginformasikan Satya bahwa Indonesia tengah menggiatkan penetrasi internet ke seluruh pelosok negeri, baik itu melalui mobile broadband seluler, ataupun proyek bersubsidi Palapa Ring.
“Sekarang, Jakarta itu sudah nomor dua di ASEAN setelah Singapura. Tapi secara negara masih nomor empat karena yang maju baru kotanya saja,” katanya.
“Tadi saya coba di sini throughput internet di ponsel saya sudah 20 Mbps. Tapi saudara kita yang di daerah-daerah masih jauh tertinggal. Itu sebabnya saya semangat kalau sudah berbicara tentang Palapa Ring. Per 1 Januari 2019, seluruh kabupaten sudah kebagian internet broadband,” ujarnya seraya mengakhiri sambutannya.