Pihak otoritas Cina mengumumkan adanya sebuah jaringan scammer yang telah mencuri data-data dari database Apple dan menjualnya ke pasar gelap di Cina, seperti dilaporkan oleh The Wall Street Journal.
Jaringan scammer tersebut terdiri dari sejumlah pegawai dari supplier Apple dan beberapa perusahaan outsource yang digunakan oleh Apple. Kelompok itu mengumpulkan nama pengguna, nomer telepon, ID Apple dan data-data lainnya. Kemudian menjualnya dengan harga 10 hingga 80 yuan atau sebesar 1.47 hingga 11.78 dolar Amerika per data, dengan total nilai penjualan mencapai 50 juta yuan atau sekitar 7,36 juta dolar Amerika.
Namun, masih belum jelas apakah data-data pengguna tersebut hanya berasal dari pengguna Apple di Cina atau dari negara-negara lain juga.
Usaha mengungkapkan adanya jaringan tersebut membutuhkan pihak berwenang di Cina atau lebih tepat di provinsi Zhejiang waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan kasusnya. Sampai akhirnya dilakukannya penangkapan di propinsi Zhejiang, Guangdong, Jiangsu dan Fujian.
Para tersangka diduga bekerja untuk perusahaan-perusahaan yang memiliki akses database dan aplikasi lain yang berisi data-data pelanggan yang sensitif.
Jual beli data di Cina bukanlah sebuah hal yang baru. Negara tersebut memang dipenuhi oleh pasar-pasar untuk mendapatkan informasi ilegal. Baik itu data-data dari database perusahaan ataupun pemerintah.
Namun, karena adanya persepsi bahwa para pemilik produk Apple merupakan kalangan menengah keatas, maka para peretas dan pencuri data secara khusus mentargetkan para pengguna iPhone. Dimana nantinya mereka akan memeras si pengguna atau menggunakan data yang diperoleh untuk mendapatkan akses ke informasi yang lebih sensitif yang tersimpan di “cloud”.(hh)