Waspadalah Layanan Gratis Belum Tentu Gratis

Jakarta – Banyak dari netizen yang saat ini menggunakan layanan online gratis di internet. Misalnya saja seperti Gmail, Twitter, Instagram, Unroll.me dan lain-lain. Namun, sebenarnya kita telah membayar ketika menggunakan layanan-layanan gratis tersebut.

Hal tersebut di ungkapkan oleh Perri Chase, mantan pendiri Unroll.me. Seperti dilansir dari The Verge, pada tanggal 25 April 2017, ia mempublikasikan tulisan di Medium.

Tulisan itu dibuatnya setelah diketahui Co-Founder dan CEO dari Unroll.me, Jojo Hedaya menjual data-data penggunanya ke Uber. Di dalam tulisannya Perri menyampaikan bahwa seharusnya pengguna tidak perlu kaget mengenai adanya pengumpulan data tersebut.

“Percayalah kepada saya, kami menghadirkan produk ini untuk membersih kotak masuk pada email dari email-email yang tidak diinginkan. Kami menyediakan layanan kami untuk digunakan secara gratis oleh jutaan pengguna, karena kami mengetahui bagaimana cara untuk menguangkannya,” tulisnya seperti dikutip dari The Verge.

Mungkin tulisannya terasa agak sedikit sensitif, tapi apa yang disampaikan oleh Perri memang benar. Tidak ada layanan online yang gratis, karena kita telah membayarnya dengan data-data kita. Data-data yang dikumpulkan tersebut akan dijual ke pihak ketiga seperti para pengiklan atau digunakan sebagai target iklan-iklan tertentu.

Semua itu adalah bagian dari kegiatan bisnis dan banyak pengguna internet yang belum memahami hal ini sepenuhnya. Kecaman yang di sampaikan ke Unroll.me mengenai adanya penjualan data mereka disampaikan juga di Twitter. Padahal Twitter juga menggunakan data-data mereka sebagai target dari iklan-iklan pihak ketiga.

Namun, yang perlu dipahami bagaimana layanan-layanan tersebut memperlakukan data-data penggunanya. Misalnya saja startup Slice yang saat ini adalah pemilik Unroll.me, cara mereka memperlakukan data-data pengguna berbeda dengan layanan-layanan besar seperti Google dan Facebook.

Google dan Facebook melakukan analisa mengenai penggunanya dari email, perilaku di media sosial, demografi dan lokasi. Mereka menggunakan data-data tersebut untuk mengajak perusahaan-perusahaan memasang iklan pada layanan mereka.

Jadi informasi atau data pengguna hanya digunakan untuk menjual akses kepada para pengiklan untuk memasang iklan sesuai target. Bisa kita lihat pada iklan-iklan yang kita temukan di hasil pencarian atau melalui news feed.

Sementara startup seperti Slice, mengumpulkan informasi mengenai penggunanya dan pengguna lainnya kemudian dijual keluar perusahaan. Bagi pembeli data, mereka bisa memperlakukannya semau mereka.

Jadi pada kenyaataannya seperti itulah kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada layanan-layanan gratis. Dimana belum banyak pengguna yang menyadari mengenai hal ini.

Untuk mengurangi resiko penggunaan data pada layanan gratis, pastikan membaca kebijakan privasi sebelum menggunakan sebuah layanan gratis. Apabila khawatir terhadap adanya tindakan pengumpulan dan penggunaan data.(hh)