Facebook Akan Tingkatkan Kinerja Perangi Berita Hoax

Jakarta – Seperti dilansir dari KompasTekno, kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Umum Presiden AS 2016 yang telah berlalu, tidak luput membuat nama Facebook menjadi topik pembicaraan. Hal tersebut terkait dengan adanya tudingan bahwa Facebook menjalin kerja sama dengan tim sukses Donald Trump.

Munculnya tudingan itu karena bila dilihat dari News Feed yang masuk melalui Facebook cenderung mendorong popularitas dari Trump. Padahal ini hanya merupakan algoritma dari layanan media sosial tersebut. Dimana sistem yang bekerja pada algoritma akan mencari tulisan ataupun berita yang mendapatkan banyak tanggapan dan interaksi, kemudian secara otomatis akan memunculkannnya, disini sistem algoritma tidak bisa mengetahui apakah berita atau tulisan tersebut benar atau bohong.

Banyaknya tudingan terhadap Facebook membuat CEO Mark Zuckerberg secara tegas menyatakan bahwa berita yang masuk di News Feed 99 persen berdasarkan fakta. Jadi hanya sebesar satu persen yang sifatnya berita bohong. Ia juga menyampaikan janjinya untuk meningkatkan cara kerja News Feed serta memberantas berita-berita bohong yang disebarkan melalui Facebook.

“Kami tak mau ada berita hoax di Facebook. Tujuan kami adalah memberikan konten berita yang bermakna dan akurat,” ujarnya, seperti dikuitp dari KompasTekno.

Bukanlah sebuah fenomena aneh dimana berita hoax akan lebih dominan dan mendapatkan banyak interaksi di internet. Hal ini sudah sering terjadi di Tanah Air, dimana banyak pihak tidak bertanggung jawab menggunakan layanan sosial media untuk menebarkan berita-berita bohong untuk memfitnah pihak yang satu dan lainnya.

Apalagi terkadang banyak Netizen yang langsung mempercayai berita bohong tersebut tanpa lebih dahulu melakukan klarifikasi benar atau tidaknya. Hal seperti ini juga yang turut membuat berita bohong menjadi viral di internet.

Disamping itu berita-berita untuk mengklarifikasi berita hoax pada umumnya tidak akan menyebar secepat berita-berita bohong. Zuckerberg menyadari mengenai masalah ini, ia pun berjanji akan meningkatkan kinerja Facebook dalam menangkis serta menghilangkan peredara berita hoax.

“Kami telah merilis fitur flag yang memungkinkan pengguna melaporkan berita palsu atau hoax. Masih banyak upaya kami ke depan. Setidaknya kami terus berprogres dan akan selalu meningkatkan layanan,” paparnya.

“Saya yakin kami akan menemukan banyak cara untuk memberikan konten kredibel. Tapi saya juga percaya yang terpenting kita semua harus berhati-hati menyaring informasi untuk diri kita sendiri,” imbuhnya.

Seorang profesor dari Universitas of North Carolina bernama Zeynep Tufekci menjelaskan bahwa dengan tersebarnya berita hoax mengenai Trump di News Feed tentunya memberikan keuntungan pada Trump yang ketika itu sedang melakukan kampanye.

“Ada sebuah cerita fiktif yang mengklaim Paus Fransiskus mendukung Trump. Cerita itu dibagikan lebih dari sejuta kali, dan diprediksi dilihat oleh lebih dari 10 juta orang,” ujar Zeynep.

“Sementara itu artikel yang mengoreksi cerita fiktif itu sama sekali tidak terdengar. (Melihat hal ini) tentu saja Facebook memiliki pengaruh terhadap hasil Pemilihan Umum Presiden AS lalu,” berdasarkan perkiraannya.(hh)