Kecakapan dan Kepemimpinan SDM Digital sebagai Kunci Sukses Transformasi Digital

Kecakapan dan Kepemimpinan SDM Digital sebagai Kunci Sukses Transformasi Digital

Jakarta – Pandemi Covid-19 telah mempercepat pertumbuhan ekonomi digital selama 1,5 tahun terakhir. Tuntutan untuk mempercepat transformasi digital di organisasi dan mencari pekerja yang terampil untuk memenuhi kebangkitan ekonomi digital, menjadi suatu tantangan. Kedua upaya itu juga akan membawa seluruh pemangku kepentingan dalam kesadaran bahwa terdapat kesenjangan besar dalam SDM digital di Indonesia. Dalam webinar yang digelar oleh Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) dalam rangka ulang tahun ke-28 pada Rabu (8/12) bertema “Kecakapan dan Kepemimpinan SDM Digital sebagai Kunci Sukses Transformasi Digital”, tokoh-tokoh dari berbagai latar belakang menyerukan agar pemerintah, korporasi, industri dan dunia pendidikan makin memperkuat sinerginya guna melahirkan SDM digital mumpuni terus dijalankan.

Mengawali acara, Ketua Umum Masyarakat Telematika Indonesia Sarwoto Atmosutarno menyampaikan “Tema program MASTEL tahun 2022 mengusung tiga kata kunci yaitu enabler, aktif dan mendukung, dimana MASTEL menjadi enabler yaitu berhubungan dengan kesehatan industri telematika melalui penguatan regulasi, secara aktif mensukseskan literasi digital, dan mendukung percepatan transformasi digital secara teratur dan berkelanjutan baik secara nasional maupun internasional”.

Selanjutnya, mengenai program Mastel dalam mensukseskan literasi digital, menurut Sarwoto, “SDM adalah kunci literasi digital secara mutlak transformasi digital sukses dengan risiko yang terkendali. Kami menganggap bahwa literasi digital sama dengan herd (immunity) community, jika kita ibaratkan dengan pandemic. Jadi kalau kita belum tercapai vaksinasi 80% maka upaya kita menghadapi pandemi menjadi sulit. Sama seperti literasi digital, kita akan buat persentase SDM atau warga negara sebesar mungkin”.

Deputi Bidang SDM Aparatur Kementerian PAN RB Dr. Ir. Alex Denni, M.M. mengatakan, “tantangan terbesar dalam transformasi adalah mengeluar karyawan dari zona nyaman. Jika ingin karyawan tetap tumbuh dan relevan di dalam industri yang bertransformasi tidak ada pilihan lain untuk mengeluarkan mereka dari zona nyaman ke zona pembelajaran. Ini lah pekerjaan rumah sebenarnya dari transformasi”.

Alex menyarankan instansi menyediakan learning wallet bagi karyawan, yang bisa digunakan karyawan untuk belajar kapan pun, apa pun, di mana pun, tanpa approval siapapun ketimbang alokasi budget peningkatan kapasitas karyawan habis untuk sesuatu yang less effective learning approach. “Bagaimana agar pembelajaran berjalan efektif biasanya diuji dengan kuis harian, ini akan memancing mereka untuk mencari jawaban dengan kolaborasi. Ke depan kita harus mendorong leaning dari individu, di mana setiap individu menjadi sentral dalam pembelajaran. Saya kira pembelajaran yang formal sudah harus digeser agar terjadi percepatan pembelajaran. Kita tidak bisa lagi belajar dengan cara standar, kita harus mengarah pada collaborative learning yang makin terpersonalisasi sesuai dengan kebutuhannya dan jika perlu, belajar itu bisa dibantu oleh machine tidak hanya dengan human”, lanjut Alex.

Laporan World Economic Forum 2020 menyebutkan 77% karyawan siap untuk belajar hal baru. 74% melihat belajar sebagai tanggung jawab pribadi. Persoalannya adalah pemimpin terlalu meremehkan orang dan tidak pernah tahu batas seseorang berada di mana. “Melalui Mastel saya ingin mendorong masyarakat agar mau belajar digital walaupun latar belakangnya bukan digital”, ungkap Alex.

Kepala Badan Penelitian dan Pembangunan SDM Kemenkominfo Dr. Eng Hary Budiarto, M.Kom, IPM mengatakan, “Dalam menyediakan talenta digital Kominfo mengacu pada peta jalan Indonesia digital. Peta jalan ini dibuat berdasarkan arahan Bapak Presiden. Dalam membangun talenta digital Kominfo membagi menjadi tiga tingkatan. Pertama adalah basic digital skill, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kecakapan digital dasar untuk mencegah penyebaran konten negatif. Diharapkan pada 2024 sebanyak 50 juta penduduk Indonesia. Kedua, intermediate digital skill, kami menyiapkan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi yang mendukung ke arah revolusi industry 4.0. Target kita pada 2022 ada 200.000 peserta. Tujuannya untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing masyarakat. Ketiga, kami melakukan pelatihan di tingkat advance untuk para pimpinan yang kita namakan sebagai digital leadership academy. Tujuannya adalah memberikan pelatihan kepada pengambil kebijakan di institusi pemerintah maupun swasta terutama untuk bidang teknologi digital, tata kelola dan pembuatan public policy. Kami targetkan pada 2022 ada 400 orang peserta”.

Hary juga menyampaikan program ini sebagai pelaksanaan dari Rencana Strategis Kementerian Komunikasi dan Informatika tahun 2020 -2024, yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.2 tahun 2021.

Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Dr. Tutun Juhana mengatakan “Dengan motto global respected, ITB membagi ilmu dan membangun kecakapan digital bagi dunia dan masyarakat ITB. Kami membuka beberapa kelas International Virtual Courses. ITB juga terlibat dalam membantu Kemenkominfo untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat”.

Human Resources Director Huawei Indonesia, Dani K. Ristandi mengatakan, ”Di bawah payung komitmen besar I DO dan Huawei ICT Talent Ecosystem, Huawei memiliki komitmen untuk mencetak sebanyak 100.000 talenta digital dalam kurun waktu 5 tahun melalui berbagai program-program pengembangan kompetensi. Bersama dengan pemerintah, dunia pendidikan, industri dan komunitas, Huawei Indonesia menyelenggarakan berbagai program antara lain Huawei ICT Academy, Huawei ICT Competition, Huawei Seeds for the Future, TechDay, serta program-program pelatihan di bidang 5G, Cloud, AI, keamanan siber, hingga jaringan. Peserta pelatihan kami beragam, dari siswa sekolah kejuruan, mahasiswa, santri, guru dan dosen, hingga profesional maupun Aparatur Sipil Negara.”

Melalui program-program pengembangan kompetensi SDM digital berkelanjutan tersebut, Huawei Indonesia bertekad untuk membantu ekosistem menjawab isu kesenjangan antara dunia pendidikan dan industri, sekaligus berkontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan SDM digital sebagai aktor utama berlangsungnya transformasi digital di Indonesia.

“Di Indonesia, kami juga telah membangun Huawei ASEAN Academy Engineering Institute Jakarta yang memiliki fasilitas terlengkap di Asia Pasifik. Huawei ASEAN Academy Jakarta memiliki lebih dari 100 pelatih, lebih dari 3 ribu kursus pelatihan, dan lebih dari 100 mirroring environment yang dilengkapi dengan laboratorium, ruangan kelas, tempat pelatihan, serta fasilitas-fasilitas lain seperti tempat untuk belajar instalasi perangkat dan pekerjaan lapangan. Kami membuka pintu selebar-lebarnya kepada semua pemangku kepentingan untuk bekerja sama memanfaatkan Huawei ASEAN Academy untuk mempelajari perkembangan teknologi-teknologi termutakhir,” pungkas Dani.

Pranala webinar : https://www.youtube.com/watch?v=4MhGuy3wySY