Pada hari Rabu Facebook Inc mengatakan informasi pribadi yang bocor mencapai hingga 87 juta data pengguna, sebagian besar berasal dari Amerika Serikat. Jadi jumlah ini ternyata melebihi perkiraan media berita sebelumnya yang memberitakan lebih dari 50 juta data pengguna.
Chief Executive Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa Facebook belum melihat dampak yang berarti, baik itu pada penggunaan ataupun penjualan iklan sejak skandal itu muncul. Walaupun demikian, ia menambahkan, adanya skandal itu tidak baik, karena akan membuat orang tidak senang dengan perusahaannya.
Seperti dilansir dari Reuters, pendiri Facebook itu menyampaikan kepada para wartawan bahwa dia menerima tuduhan atas adanya kebocoran data yang telah membuat marah penggunanya, para pengiklan dan anggota parlemen. Sementara itu ia juga mengatakan dia masih orang yang cocok untuk memimpin perusahaan yang ia dirikan.
“Ketika anda membangun sesuatu seperti Facebook yang belum pernah ada sebelumnya di dunia, maka akan ada hal-hal yang mengganggu,” ujar Mark Zuckerberg sembari menambahkan bahwa yang terpenting dari semuanya adalah belajar dari kesalahan.
Ia juga mengatakan dia tidak mengetahui adanya diskusi di Facebook board mengenai informasi tentang pengunduran dirinya. Walaupun ada beberapa direktur yang menginginkannya turun, tetapi mereka akan menghadapi tantangan karena Mark Zuckerberg yang mengontrol sahamnya.
Mark juga mengatakan dia tidak akan memecat siapa pun atas skandal itu dan tidak memiliki rencana untuk itu.
“Saya tidak ingin membuang orang lain karena kesalahan yang kami buat di sini,” jelasnya.
Dipastikan CEO Facebook itu akan hadir memberikan kesaksian mengenai masalah seputar kebocoran data pada hari Selasa depan dan Rabu selama sidang kongres di Amerika berlangsung.
Dalam konfrensi pers tersebut Mark mengatakan bahwa Facebook seharusnya melakukan lebih banyak audit dan pengawasan terhadap pengembang aplikasi pihak ketiga seperti yang disewa Cambridge Analytica pada tahun 2014.
Ke depannya Facebook akan mengambil langkah-langkah untuk membatasi data pribadi yang dapat diakses oleh pengembang aplikasi pihak ketiga. Butuh waktu dua tahun untuk memperbaiki masalah di Facebook.
Perkiraan kebocoran data sebelumnya yang mencapai lebih dari 50 juta pengguna berasal dari dua surat kabar, New York Times dan London Observer,data pada berita tersebut berdasarkan penyelidikan mereka terhadap Cambridge Analytica.
Skandal kebocoran data itu juga telah berdampak pada dimulainya penyelidikan oleh Kantor Komisi Informasi Inggris, Komisi Perdagangan Federal AS dan oleh sekitar 37 jaksa umum di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat.
Sementara itu, pemerintah Nigeria akan menyelidiki dugaan keterlibatan Cambridge Analytica dalam pemilihan negara itu pada tahun 2007 dan 2015, hal ini disampaikan pada hari Senin, oleh oleh juru bicara kepresidenan.(hh)