Lab126 milik Amazon, grup perangkat keras yang mengembangkan e-reader Kindle dan speaker pintar untuk Echo, merekrut para ahli untuk mengerjakan pengujian COVID-19.
Dilansir dari situs web TheVerge.com, Amazon mengembangkan alat untuk memproses sampel air hidung dan liur guna melakukan tes pada karyawannya terkait virus corona. Tujuan Amazon melakukan tes ini untuk membangun jaringan pengujian yang kuat dengan pusat pengujian dan para karyawannya terlibat dalam pemembangunannya.
“Lab126 dibentuk pada tahun 2004 sebagai anak perusahaan dari Amazon.com, Inc., awalnya mereka menciptakan produk Kindle. Sejak itu, kami telah memproduksi perangkat inovatif seperti tablet Fire, Fire TV, Amazon Echo, dan Amazon Show”, jujar salah satu Senior Insinyur Desain Manufaktur.
“Dengan adanya pandemi yang terjadi sekarang ini, Lab126 ditugaskan untuk membantu menjaga lingkungan kerja agar tetap aman untuk para karyawan. Perannya bertanggung jawab untuk mendefinisikan, mengimplementasikan, dan mengkualifikasikan peralatan dan otomatisasi untuk medukung inisatif pengujian COVID-19 dari Amazon,” imbuhnya.
Seperti dikutip dari dari Bloomberg minggu lalu, lokasi pusat pengembangan berada di Hebron, Kentucky, jaraknya sangat dekat dengan pusat pengiriman udara milik perusahaan dan tempat dimana perusahaan berencana untuk membuat lab pengujian terbesar milik mereka.
Tujuannya adalah untuk menerbangkan sampel dari gudang Amazon di seluruh Amerika menuju ke laboratorium pengujian untuk diproses menggunakan jet kargo udara yang dikelola Amazon.
Bloomberg juga melaporkan bahwa kantor Lab126 di Sunnyvale mempekerjakan ahli mikrobiologi dan peneliti medis lainnya, serta peran non-teknik dan ilmu terkait yang didedikasikan untuk mendirikan jaringan pengujian medis multi-negara.
Dalam laporan pendapatan triwulanan terbarunya, Amazon mengatakan pihaknya bermaksud untuk menghabiskan setidaknya 300 juta dolar untuk upaya pengujian pada akhir Juni, sebagai bagian dari komitmen 4 miliar dolar yang lebih luas untuk menangani dampak pandemi.
Perusahaan tersebut masih menjadi salah satu dari sedikit perusahaan teknologi besar yang tetap tidak terpengaruh oleh perintah lockdown dan tinggal dirumah, tidak hanya itu, mereka juga berkembang dimasa COVID-19 karena ketergantungan terhadap layanan Amazon semakin luas.
Akibat dari operasi nonstop dan perekrutan cepat, Amazon mendapat banyak kritik mengenai cara mereka mangani keselamatan para pekerja disaat mayoritas dari operasi mereka, kecuali kantor korporat, masih dibuka dan hampir pada kapasitas penuh.
Tinjauan ulang yang dilakukan Amazon untuk divisi teknologi dan perangkat keras yang tersedia demi melawan COVID-19 sudah membuahkan hasil. Perusahaan tersebut sedang membuat pelindung wajah untuk para pekerja di garis depan melalui grup robotik mereka, yang biasanya bekerja untuk proyek pembuatan drone dan alat robotik yang ada di gudang.
Para insinyur robotik juga telah mengembangkan mesin sortir untuk gudang demi memangkas kontak antar manusia, sementara kamera yang ada di gudang sekarang digunakan untuk memonitor pelanggaran pada pedoman jarak sosial dan mengaktifkan robot pengaman yang dipasangkan pemancar ultraviolet untuk mendisinfeksi area kerja.(na/hh)