Serangan Bot dan Perang Data Online

Tanpa kita sadari perusahaan-perusahaan saat ini sedang melakukan perang data online yang tidak terlihat. Dan bisa saja ponsel yang kita gunakan telah menjadi bagian dari pasukan mereka tanpa kita disadari.

Untuk para pengusaha retail mereka ingin melihat apa yang dilakukan para pesaing mereka, tetapi mereka ingin mencegah para pesaing untuk mengintip data mereka. Selain itu mereka juga ingin melindungi kekayaan intelektual mereka seperti foto dan deskripsi produk, yang tentunya dapat diambil dan digunakan kembali tanpa izin oleh orang lain.

Begitu banyak yang mengerahkan pertahanan untuk menangkis serangan pengikirsan data tersebut. Tetapi Satu teknik yang digunakan yaitu memperlihatkan harga yang berbeda kepada orang daripada bot. Situs dapat saja memperlihatkan harga yang sangat tinggi atau nol untuk menghalau bot yang mengumpulkan data.

Para pedagang retail dari Amazon dan Walmart sampai perusahaan startup kecil ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh para pesaing mereka. Bahkan banyak yangr dapat mengirim seseorang hadiah yang kadang-kadang disebut dengan “mystery shoppers”, ke toko pesaing mereka untuk mendapat informasi mengenai harga.

Dengan adanya akses secara online, jadi tidak perlu mengirim orang ke mana pun. Tapi pengecer besar dapat menjual jutaan produk, jadi tidak mungkin untuk menugaskan seorang pekerja untuk menelusuri setiap item dan menyesuaikan harga secara manual.

Sebaliknya mereka menggunakan perangkat lunak untuk memindai situs pesaing dan mengumpulkan harga yang tertera di situs mereka, proses ini disebut dengan “gesekan.” Dari informasi yang mereka dapat, maka perusahaan selanjutnya dapat menyesuaikan harga mereka..

Menurut Alexandr Galkin, CEO dari Competera sebuah perusahaan melakukan pengoptimalan harga ritel, perusahaan-perusahaan seperti Amazon dan Walmart memiliki tim internal yang didedikasikan khusus untuk mengumpulkan data-data tersebut,

Berbeda dengan perusahaan seperti miliknya. Competera hanya menggores data harga dari seluruh situs untuk perusahaan retail seperti retail alas kaki Nine West hingga penjual pakaian eceran di dunia. Bahkan mereka telah menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk membantu pelanggan mereka memutuskan berapa banyak biaya yang dikeluarkan untuk produk yang berbeda.

Ketika dihubungi Walmart menolak untuk memberikan komentarnya. Bahkan Amazon tidak menjawab pertanyaan mengenai proses tersebut yaitu apakah proses itu merusak situs lain. Namun, menurut buku Brad Stone, The Everything Store, para pendiri Diapers.com, yang diakuisisi oleh Amazon pada tahun 2010, menuduh Amazon telah menggunakan bot untuk membantu mereka menyesuaikan harga secara otomatis.(hh)

Sumber